Senin, 21 April 2014

HUBUNGAN PERILAKU EKONOMI DALAM HUBUNGAN SOSIAL



MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

Tentang

HUBUNGAN PERILAKU EKONOMI DALAM HUBUNGAN SOSIAL






Oleh
Robi Candra         312.102




Dosen Pembimbing :
Muhammad Taufik, M.Si





JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1434 H / 2013 M





BAB I
PENDAHULUAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT telah memberikan rahmatdan kesempatan kepada pemakalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.Shalawat dan salam tidak lupa kami sampaikan untuk Nabi besar Muhammad SAW.
Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional. Misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.



















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Keterlekatan Sosiologi dengan Ekonomi
Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “Suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok.”[1]
Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional. Misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.[2]

A.    Produksi

Kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,yaitu production.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata produksi diartikan sebagai proses mengeluarkan hasil atau penghasilan.
Kegiatan produksi adalah suatu produk.Pemikiran sosiologi Max Weber tentang produksi dapat dinapaktilasi,salah satunya,lewat bukunya tentang Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (1958/2000).Dalam buku tersebut Weber melihat hubungan elective finity ,yaitu hubungan yang memiliki konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik,antara etika protestan dan semangat kapitalisme pada awal perkembangan kapitalisme modern.Weber menemukan adanya aspek tertentu dalam etika protestan sebagai perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis modern dalam tahap-tahap pembentukannya.[3]
Fenomena Produksi
Kerja ( Ideologi,nilai sikap,motivasi,dan kepuasan )
Faktor Produksi kita yang diambil                  
Pembagian kerja
Cara-cara produksi
Hubungan-hubungan Produksi
Proses tekhnologis (Instrumen,pengetahuan,jaringan operasi,kepemilikan)
Alienasi
Tekhnologi dan kerja
Pendidikan,tekhnologi,dan kerja sekarang.


B.     Distribusi

Distribusi berakal dari bahasa Inggris distribution,yang beralti penyaluran.Sedangkan kata dasarnya to Distribute Sedangkan kamus Inggris Indonesia John M,Echols dan Hassan Shadilly, bermaknamembagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Produksi dimaksudkan sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau beberapa tempat.[4]
Max Webwr merupakan sosiolog yang paling banyak mencurahkan perhatiannya dibandingkan peletak dasar  lainnya terhadap distribusi dalam bentuk pertukaran dipasar.Dalam Economy and Society,Weber melihat bahwa suatu pasar ada apabila dimana terdapat kompetisi.Meskipun hanya unilateral, bagi kesempatan dari pertukaran diantara suatu keberagaman partai-partai yang potensial.
Fenomena Distribusi
Redistribusi
Resiprositas
Pertukaran
Pasar (aktor mekanisme,ruang dan waktu)
Transportasi
Perdagangan
Kewirausahaan
Uang
Pemberian
Perusahaan
Ritel
Distributor


C.    Konsumsi

salah satu sosiolog yang merumuskan pengertian konsumsi. Don Slater. Menurutnya konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan mereka.
Fenometa Konsumsi

Masyarakat konsumsi
Budaya dan konsumsi
Perilaku konsumen
Waktu luang
Gaya hidup
Fashion
Sandiwara
Belanja: Sandang,pangan,minuman,dan rumah
Turisme
Ideologi Konsumsi
Politik konsumsi
Konsumsi dan Mobilitas sosial
Konsumsi dan perubahan sosial.


2.      Keterkaitan Ekonomi dalam masyarakat nasional dan tradisional
A.    Keterlekatan ekonomi dalam masyarakat modern
Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi.
Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Dengan kata lain, ekonomi terstrukturatas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri dan secara radikal melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya. Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini, ditegaskan sekali lagi, diatur oleh harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.[5]
Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.
Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional” . Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.
Dalam hal ini rasional berarti :
  • Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
  • Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
  • Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.
Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional” . Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datan
 Dalam hal ini rasional berarti :
  • Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
  • Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
  • Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam table 1.
Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ekonomi dan Komunitas
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat dalam komu nitas politik yang terpusat
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
Ekonomi dan Pemerintahan
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol geo- politik
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan melalui integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan pasar dari dominasi politik
Ekonomi dan Rumah Tangga
Resiprositas-ekonomi maupun rumah tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
pasar-ekonomi tidak melekat pada rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.


B.     Keterlekatan Ekonomi dalam masyarakat tradisional

Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam berimigrasi dan kewiraswastaan imigran. Jaringan ini bersatu dalam ikatan kekerabatan, persahabatan, dan komunitas asal yang sama. sekali jaringan ada si suatu tempat, ia akan menciptakan arus migrasi yang berkesinambungan (Powell dan Smith-Doer 1994 : 374)kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi pada komunitas migran dimudahkan oleh jaringan dari ikatan dalam saling tolong menolong, sirkulasi modal dan bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.
Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Perluasan ikatan dan hubungan serta ikatan dalam lokasi strategis adalah hal utama. Dua bidang penting dalam penelitian ini adalah pertukaran informasi informal dan mobilisasi sumber daya. Jaringan komunikasi memainkan peran penting dalam penyebaran model,struktur, praktek dan budaya bisnis. Tiga cara untuk transmisi ide dan pengetahuan yaitu melalui jaringan profesi atau jaringan perdagangan melalui pola hubungan antar organisasi yang mana perusahaan dan individu terlibat dan melalui tindakan seorang yang berwibawa. Bagi kebanyakan perusahaan dan institusi, mereka belajar melalui peniruan dan penyontekan dan ini merupakan cara yang efektif unttuk menghemat biaya.














BAB III
PENUTUP

         A.Kesimpulan
.Konsep keterlekatan,menurut Granovetter merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlansung diantara para aktor.
Aktor dalam suatu interaksi adalah individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa (sekelompok) individu lainnya.[6]
Cara seseorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah institusional.Misalnya apa yang terjadi dalam produksi,distribusi,dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.

  B.Saran    
Dengan adanya makalah ini pemakalah harapkan pembaca dapat memahami atau mengambil ilmu pengetahuan dari makalah ini.
Pemakalah juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam pembuatan makalah ini,untuk itu pemakalah berharap agar pembaca memberikan kritikan ataupun masukan yang sifatnya membangun.
     









DAFTAR KEPUSTAKAAN

            Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Kencana. Jakarta
           
      http://sunjarifreconsultant.blogspot.com/2009/06/keterlekatan-perilaku-ekonomi-dalam.html


Weber, Economy and society:An Outline of Interpretative Sociology. (Barkeley:University of California Press), 1978.

http://ichabeautiful.blogspot.com/2011/04/sosiologi-ekonomi.html



[1] Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, ( Jakarta:Kencana ), 2009, hal.38
[2] http://sunjarifreconsultant.blogspot.com/2009/06/keterlekatan-perilaku-ekonomi-dalam.html
[3] Weber, Economy and society:An Outline of Interpretative Sociology. (Barkeley:University of California Press), 1978.
[5] [5] Ibid., hal. 102-206
[6] Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, ( Jakarta:Kencana ), 2009, hal.38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar