Senin, 21 April 2014

ISI MAKALAH SOSPOL



PENGANTAR SOSIOLOGI EKONOMI



A.    Pengertian Sosiologi dan Sosiologi Ekonomi
1.      Pengertian Soiologi
Secara terminologi sosoologi berasal dari bahasa yunani, yaitu socius  dan logos. Socius berarti kawan, berkawan, atau masyarakat, sedangkan logos berarti ilmu atau dapat juga dikatakan bicara tentang sesuatu. Dengan demikian sosiologi dapat diartikan ilmu tentang masyarakat[1].
Defenisi sosiologi juga dikemukakan oleh beberapa para ahli[2], yaitu :
a.       Pitirim Sorokin (1928: 760-761), berpendapat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial.
b.      William Ogburn dan Meyer F.Nimkoff (1959:12-13), berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
c.       Roucekj dan Warren (1962: 3) berpendapat hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompoknya.
d.      J.A.A van Doom dan C.J. Lammers (1964: 24) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang sekelompok hidup manusia.
e.       Meta Spencer dan Alex Inkeles (1982: 4), mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang sekelompok hidup manusia.
f.       sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Dengan demikian, sosiologi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu tentang interaksi sosial, kelompok sosial, gejala-gejala sosial, organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial, maupun perubahan sosial.

2.      Pengertian Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi merupakan study yang mempelajari cara orang atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhada barang dan jasa dengan menggunakan pendekatan atau perspektif analisis sosiologi[3].
Dalam definisi di atas dapat diuraikan bahwa sosiologi ekonomi berhubungan dengan dua hal, yaitu:
a.       Fenomena ekonomi, yaitu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan mereka terhadap barang dan jasa yang langka[4].
b.      Pendekatan sosiologis, yaitu berupa kerangka acuan, variabel-variabel, dan model-model yang digunakan oleh para sosiolog dalam memahami dan menjelaskan kenyataan sosial atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat[5].
Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis[6].
Berikut beberapa perbandingan antara sosiologi ekonomi dan ekonomi[7] :
a.    Dalam ekonomi klasik dan neo-klasik tradisi memiliki satu dominasi tertentu, tetapi asumsi dasar dari tradisi tersebut telah mengalami perubahan dan perkembangan dalam berbagai arah. Knight (1921) menekankan bahwa ekonomi neo-klasik menganggap bahwa aktor dalam ekonomi memiliki informasi yang lengkap (rasional) dan informasi tersebut tidak memiliki nilai (free). Beberapa waktu, ekonomi mengalami perkembangan tradisi dalam menganalisis asumsi dasar dari resiko dan ketidakpastian dan informasi sama dengan biaya. Selain itu, telah banyak jenis dari rasionalisasi ekonomi yang muncul. Misalnya Prilaku rasional berkembang menjadi prilaku ekonomi, di mana cukup banyak pengaruh dari asumsi psikologi.
b.        Sosiologi meniadakan satu tradisi yang dominan. Pelbagai pendekatan sosiologi dan pendidikan yang diterima di sekolah berbeda dengan dan saling bersaing antara satu dengan lainnya, dan keadaan ini menyebabkan sosiologi ekonomi muncul. Contohnya Weber merasa skeptis mengenai pemikiran dari “sistem” sosial, apakah diterapkan dalam ekonomi atau sosiologi, ketika Parsons melihat masyarakat sebagai sistem dan ekonomi sebagai bagian dari sub-sistem tadi.[8]

B.     Sosiologi dan Sosiologi Ekonomi dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan. pada hakikatnya, ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tau dalam diri  dan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan ini[9].
Secara umum, dikenal adanya empat kelompok ilmu pengetahuan [10] :
1.      Ilmu matematika.
2.      Ilmu pengetahuan alam, yaitu kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam baik yang hayati maupun yang tidak hayati.
3.      Ilmu tentang perilaku yang disatu pihak menyoroti prilaku hewan, dan dilain pihak menyoroti perilaku manusia,yang terakhir ini sering kali dinamakan ilmu-ilmu sosial yang mencakup berbagai ilmu pengetahuan yang masing-masing membahas suatu bidang di dalam kehidupan.
4.      Ilmu pengetahuan kerohanian, yang merupakan kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari perwujudan spiritual kehidupan bersama manusia.
Dari sudut penerapannya, maka biasanya dibedakan antara :
1.      Ilmu pengetahuan murni, bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu mempertinggi mutunya.
2.      Ilmu pengetahuan terapan, bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat dengan maksud untuk membantu masyarakat di dalam mengatasi masalah- masalah yang dihadapinya.
Ilmu-ilmu sosial juga berhubungan dengan sosiologi. ilmu sosial dinamakan demikian karna ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat dan kehidupan manusia sebagai objek ajiannya. sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan yang ciri-ciri utamanya adalah[11] :
1.      Sosiologi bersifat empiris
2.      Sosiologi bersifat teoritis
3.      Sosiologi bersifat kumulatif
4.      Sosiologi bersifat notetis
Masyarakat yang menjadi objek ilmu- ilmu sosial dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari beberappa segi; ada segi ekonomi, yang antara lain yang bersangkut paut dengan produksi, distribusi dan penggunaan barang-barang dan jasa-jasa; ada pula segi kehidupan politik yang antara lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dan masyarakat; dan lain-lain segi kehidupan[12].
Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi yang melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi.
Salah satu dari paham-paham, teori-teori, pemikiran-pemikiran yang mendukung perkembangan Sosiologi Ekonomi tersebut adalah Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan Negara[13].
Didalam kehidupan masyarakat sebagai satu system maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, didalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara factor ekonomi dengan factor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Factor-faktor tersebut antara lain: faktor agama dan nilai-nilai tradisional, ikatan kekeluargaan, etnisitas, dan stratifikasi sosial.

Sosiologi Ekonomi Sebagai Disiplin Ilmu
Pada mulanya, pada periode dominasi pemikiran-pemikiran filosofis, kegiatan ekonomi dan perilaku sosial tidak dapat dibedakan. Keduanya merupakan sebuah kesatuan. Namun seiring peradaban manusia yang semakin maju dan kompleks dengan segala variasinya, ilmu pengetahuan semakin spesifik dan terspesialisasi, ekonomi pun mulai terpisah dari ilmu sosial lainnya[14].
Baik Ekonomi maupun Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara individu atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan konsumsi (pertukaran).
Dengan sendirinya dalam pemenuhan kebutuhannya atau dalam melakukan tindakan ekonomi, seseorang akan berhubungan dengan institusi-institusi sosial (dapat dikatakan: berinteraksi sosial) seperti pasar, rumah sakit, keluarga dan lainnya. Smelser mendefinisikan ilmu ekonomi: “studi mengenai cara individu atau masyarakat memilih, dengan atau memakai uang, untuk menggunakan sumber daya produktif yang dapat mempunyai alternatif untuk menghasilkan berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk konsumsi, sekarang atau masa depan, di antara berbagai orang dan kelompok orang dalam masyarakat.

C.    Tokoh Inti Sosiologi Dalam Sosiologi Ekonomi
1.      Aguste Comte ( 1798-1857)[15]
            Aguste comte pada saat aitu adalah berlatar belakang seorang fisikawan menyatakan sosiologi sebagai disiplin ilmu yang baru, yang disebutnya sebagai ”fisika sosial”. Anggapan dasar yang menyertainya adalah bahwa suatu ilmu dapat dikatakan mempunyai nilai ilmiah jika memakai p rinsip-prinsip keilmuan seperti yang dipakai ilmu alam. Comte merupakan seorang ahli yang menganut pandangan filsafat positivisme. Aguste comte menulis buku berjudul course of positive philosophy yang diterbitkan pada tahun 1830-1842, yang mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Buku tersebut merupakan ensiklopedia mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan pernyataan yang sistematis tentang filsafat positif, yang semua ini terwujud dalam tahap akhir perkembangan.
            Aguste comte dikenal sebagai salah seorang the founding fathers of sosiology. Dalam melakukan studinya tentang fenomena sosial, dia tidak menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan ekonomi klasik, yaitu melihat prilaku manusia sebagai individu, tetapi pendekatan yang berorientasi pada masyarakat sebagai keeluruhan. Bagi comte, sosiologi merupakan study tentang masyarakat sebagai keeluruhan dan tidak dpat direduksi ke dalam individu[16].

2.      Emile Durkheim [17]
            Emile Durkheim adalah seorang ilmuan perancis. Dia dikenal sebagai ilmuan yang juga menganut paham positivisme karena pada dasarnya menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan kehidupan sosial. Durkheim berpandangan bahwa sesuatu yang terjadi di alam semesta disebabkan oleh sesuatu yang berada di alam semesta juga. Emile Durkheim melakukan pengamatam terhadap fenomena sosial dan berusaha membangun hukum-hukum sosial melaluai analogi alam.
            Dalam studinya tentang “Division of Labor in Society”,  ia memberikan pendapat tersendiri kepada perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi. jika para ekonomi memandang pembagian kerja sebagai suatu cara untuk menciptakan kesejahteraan, dan lebih jauh lagi, efesiensi. baginya, pembagian kerja mempunyai fungsi yang lebh luas. Pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern. Dalam masyarakat modern, hak dan kewajiban berkembang di sekitar saling ketergantungan yang dihasilkan oleh pembagian kerja. Saling ketergantungan direfleksikan pada moralitas dan mentalitas kemanusiaan serta dalam kenyataan solidatitas organis itu sendiri. Masyarakat yang berlandasan solidaritas organis menjunjung tinggi nilai-nilai kesamaan, kebebasan, dan hukum kontrak, dalam masyarakat seperti ini, menjadi lebih penting[18].

3.      Karl Marx
Karl Mark mengemukakan teorinya tentang sosiologi ekonomi melalui beberapa buku yang ditulisnya, diantaranya :
-          Contribution to The critique of Politcal Economy
Marx menjelaskan bahwa ekonomi merupakan pondasi dari masyarakat, dan di atas pondasi ini dibangun superstruktur politik, sering juga disebut dengan infrastruktur, merupakan keseluruhan dari kekuatan-kekuatan produksi dan sosial.


-          Capital
 Marx menegaskan bahwa komoditas diciptakan melalui tenaga kerja, kemudian komoditas tersebut ditukar demi memperoleh uang, selanjutnya uang diubah menjadi modal, dan modal menciptakan penindasan dan pertentangan kelas[19].
-          The Economic and Philosophical Manuscripts
Mark  menjelaskan bagaimana nasib hubungan sosial ketika segala sesuatu menjadi omoditas yang dapat dijual dan dibeli[20] .
-          The power of money in Bourgeois Society and Estranged Labor
-       ­Distory dan proses etia tenaga erja dijadikan omoditas
-       Munculnya keterasingan  yang dialami oleh para pekerja dalam masyarakat yang didominasi oleh hak pilih pribadi
-       Keterasingan merupakan suatu kondisi dimana manusia didominasi oleh kekuatan yang diciptakan sendiri, yang menghadirkan sesuatu yang asing baginya.

c.       Max Weber (1864-1920)
Dalam “Economy and Society”, Weber menetapkan garis pemisah antara economi dan sosiologi ekonomi dengan mengajukan tiga unsur, yaitu:
1.      Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk tindakan sosial
Tindakan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari status, kemampuan sosial dan kekuasaan[21].
2.      Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial
Perdagangan, uang, dan pasar lebih diilhami oleh motif daripada keuntungan
3.      Institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial
-          pertumbuhan ekonomi dihasilkan oleh efisiensi lembaga ekonomi
-          jaringan memainkan peran penting dalam institusi ekonomi terutama di era modern

D.    Ruang Lingkup dan Karakteristik Sosiologi Ekonomi
Ruang lingkup sosiolosi berbicara tentang objek kajian sosiologi, yaitu masyarakat dan prilaku sosial masyarakat dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis dan suku bangsa, komunitas pemerintahan, dam berbagai organisasi sosial, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya. Sosiologi juga mempelajari perilaku dan interaksi kelompok terhadap para anggotanya. dengan demikian, sebagai objek kajan sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Secara tematis, ruang lingkup sosiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin sosiologi, seperti sosiologi pedesaan, sosiologi industri, sosiologi perkotaan, sosiologi medis, sosiologi wanita, sosiologi militer, sosiologi keluarga, sosiologi pendidikan, dan sosiologi seni[22].
Menurut Damsar (2002), fokus disiplin sosiologi ekonomi merupakan irisan fokus disiplin sosiologi dan fokus disiplin ekonomi. Sosiologi ekonomi dalam mengapliakasikan tradisi pendekatan sosiologi terhadap fenomena ekonomi. Sementara itu, menurut Kesler (2007), dalam sosiologi ekonomi, segala aktivitas ekonomi pada dasarnya terdapat dalam struktur sosial yang lebih luas yang tidak dapat direduksi dalam motif atauu prefensi agen juga struktur imperatif, seperti kapitalisme[23].

E.     Pendekatan Sosiologi Tentang Ekonomi
Titik tolak analisis ekonomi adalah individu. Pendekatan individu dalam analisis ekonomi berakar dari ulititarianisme (yaitu mengasumsikan bahwa individu adalah makhluk yang rasional) dan ekonomi politik inggris yang dibangun di atas prinsip laissez faire, laissez passer (biarkan individu mengatur dirinya, karena individu tahu yang dimauinya). Aktor dalam ekonomi berarti seseorang yang mengetahui apa yang dia mau karena dia mampu berpikir rasional. Namun dalam sosiologi memandang aktor sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara sosial, yaitu aktor dalam interaksi dan aktor dalam masyarakat. Menurut Weber tindakan ekonomi itu dapat berupa rasionol, tradisional, dan spekulatif-irrasional[24].
1.      Rasional, dimana individu mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada.
2.      Tradisional, dimana bersumber dari tradisi atau konvensi.
3.       Spekulatif-irrasional, yaitu tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada dengan tujuan yang hendak dicapai.
Tindakan rasional antara ekonomi berbeda dengan sosiologi, dalam ekonomi menganggap rasionalitas sebagai asumsi, sedangkan sosiologi menganggapnya sebagai variebel. Dalam sosiologi-ekonomi selalu memusatkan perhatiannya pada analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi dari masarakat, dan studi tentang perubahan institusi dan paremeter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat.
Terdapat beberapa teori tentang pendeketan, diantaranya adalah [25]:
1.      Teori Struktural Fungsional, asumsi teori ini berupa :
-          Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yany terstruktur secara relative mantap dan stabil.
-          Elemen-elemen terstruktur tersebut teringrasi dengan baik
-          Setiap elemen dalam struktur mempunyai fungsi, yait memberikan   sumbangan pada bertahannya struktur itu sebagai suatu system.

2.       Teori Struktural Konflik, asumsi dari teori ini berupa :
-          Setiap masyarakat dalam setiap hal, tunduk pada proses perubahan (perubahan social terdapat dimana-mana)
-          Setiap masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaian dan konflik (konflik social terdapat dimana-mana).
-          Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang dusintegrasi dan perubahan.
-          Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
3.       Teori Interaksionisme Simbolis, asumsi teori ini berupa :
-          Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan symbol.
-          Manusia menggunakan symbol untuk saling berinteraksi.
-          Manusia berkomunikasi melalui pengambilan peran (role taking).
-          Masyarakat terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berpikir, untuk mendefinisikan, untuk melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi.
4.      Teori pertukaran, asumsi teori ini berupa :
-            Manusia adalah makhluk yang rasionol, dia memperhitungkan untung dan rugi.
-            Perilaku pertukaran social terjadi apabila perilaku tersebut berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melelui interaksi dengan orang lain dan perilaku it harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan tersebut.
-            Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.



TEORI SOSIOLOGI TENTANG TEORI KLASIK,
MODERN DAN POSTMODERN


A.    Teori Sosiologi Klasik
Beberapa kekuatan sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme, feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan. Perkembangan teori - teori sosial tersebut tidak hanya terjadi di satu negara, tetapi dibeberapa negara terutama yang terjadi dikawasan Eropa Barat, diantaranya adalah di Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Perubahan berupa revolusi sosial politik serta kebangkitan kapitalisme membawa dampak-dampak yang tidak saja bersifat positif tetapi juga memunculkan masalah-masalah sosial baru. Hal ini telah memacu para ahli sosial dan filsafat untuk menemukan kaidah-kaidah baru yang terkait dengan perkembangan teori sosial dan sekaligus sebagai suatu upaya dalam memahami dan menanggulangi masalah-masalah sosial tersebut, serta mengarahkan bagaimana bentuk masyarakat yang diharapkan di kemudian hari. Seperti perkembangan kehidupan politik (Revolusi Prancis sejak tahun 1789) menjadi cikal bakal perkembangan teori sosiologi di Prancis. Demikian pula, pertumbuhan kapitalisme di Inggris telah memacu munculnya pemikiran-pemikiran baru dibidang sosial.[26]
Teori Klasik menurut para tokoh ternama :
1.      Aguste Comte
Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pemgetahuan Aguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu - ilmu lainnya. Dalam hal itu, Aguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi. Aguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup di dalam kampus.
Perjalanannya didalam menimba ilmu tersendat - sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan Saint - Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Pemikirannya yang dikenang orang secara luas adalah filsafat positivisme, serta memberikan gambaran mengenai metode ilmiah yang menekankan pada pentingnya pengamatan, eksperimen, perbandingan, dan analisis sejarah. Pemikiran Auguste Comte Tentang Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai oleh cara penggunaan pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Sosiologi adalah menyelidiki hukum-hukum tindakan dan reaksi terhadap bagian-bagian yang berbeda dalam sistem sosial, yang selalu bergerak berubah secara bertahap. Hal ini merupakan hubungan yang saling menguntungkan (mutual relations) diantara unsur-unsur dalam suatu sistem sosial secara keseluruhan.[27]

2.      Emile Durkheim
Sosiolog besar ini dilahirkan di Epinal diprovinsi lorraine di perancis timur pada 15 April 1885, sejumlah empat buku yang telah ditulis durkheim untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang sosiolog yang terkenal, bukunya yang pertama adalah yang berjudul ”one the-division of social labor” yang diterbitkan tahun 1893. Dua tahun kemudian pada tahun 1895 terbit buku keduanya “the rules of socuological method” dan buku ketiganya “suicide” terbit pada tahun 1897 sedangkan buku yang keempat atau karyanya yang terakhir “the elemententary forms of religious life” terbit pada tahun 1912.
Durkheim sangat termashur dengan kerangka teorinya tentang adanya “jiwa kelompok” yang mempengaruhi jiwa individu. Dia mengatakan bahwa ada dua macam kesadaran yaitu kolektip dan individual conciousness. Durkheim menyatakan ada dua sifat yang dimiliki oleh kesadaran kolektif  yaitu sifatnya yang exterior dan sifatnya yang konstarint didalam exterior kesadaran kolektif berada diluar individu manusia dan yang yang masuk ke dalam individu tersebut dalam perwujuadan sebagai aturan-aturan moral, agama, tentang baik dan buruk dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam sifat nya yang konstraint kesadaran kolektif tersebut memiiki daya memaksa terhadap individu - individu manusia pelanggaran yang dilakukan oleh anggota masyarakat terhadap kesadaran - kesadaran kolektif ini akan mengakibatkan adanya sangsi - sangsi hukuman terhadap anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian kesadarn kolektif itu adalah suatu konsensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial  diantara masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif ini merupakan bentuk tertinggi dari kehidupan psikis / kejiwaan dan merupakan suatu ‘kesadaran dari kesadaran yang berada di luar  dan di atas individu-individu dan dengan kesadaran yang demikian itu maka masyarakat adalah merupakan suatu yang lebih baik dari pada individu.[28]
3.      Karl Marx
Sebagai seorang filusuf, nama Marx mungkin berdengung diseluruh dunia dengan kehebatan yang luar biasa. Bahkan lebih dari itu, Marx dikenal pula sebagai seorang pemikir dalam banyak bidang ilmu. Mulai dari lapangan ekonomi sampai kepada sosiologi. Filsuf yang di lahirkan pada tanggal 5 mei 1818 di kota trier di tepi sungai rhine ini sesungguh nya keturunan seorang borjuis, karya Marx yang pertama kali yang dapat dicatat adalah di sertasinya sendiri di Universitas jana, yang berjudul On the differences between the natural philoshopy of  democritus and epicurus (1841) dimana sesungguhnya dia sudah mulai menyerang konsep-konsep agama dan karya-karya Marx tidaklah terbilang banyak nya. Mulai dari “The Mesery of philophy, The Poverty of philosophy, sampai kepada  Manifesto Komunis dan Das Kapital. Buku yang di sebut terakhir ini justru merupakan buku yang paling termashur.
Sejarah kehidupan manusia kata Marx, tidak lebih dari pertentangan antar kelas, atau antar golongan, mulai dari golongan atau kelas yang berdiri dari orang-orang yang bebas merdeka dari budak - budak, sampai kepada pertentangan antara kelas penindas dengan yang ditindas. Disinilah keistimewan Marx sebenarnya, yang melihat adanya suatu pertikaian abadi yang menandai sejarah perkembangan manusia.[29]

B.     Teori Sosiologi Modern
Teori sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh - tokoh  sosiologi sedangkan teori-teori sosiologi modren memusatkan analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari para ahli teori sosiologi  secara idividual kedalam aliran-aliran sosiologi menunjukkan bahwa sosiologi mengalami perubahan. Pada awal perkembangannya, sosiologi itu di dominasi oleh para ahli termasyur secara individual, seperti Comte, Marx, Durkheim, Weber, ataupun Simmel. Tetapi dewasa ini analisa sosiologi lebih terarah kepada aliran - aliran.

Perkembangan Teori Sosiologi:
1.      Awal perkembangan teori sosiologi di Amerika
Pada tahun 1858 ada kuliah tentang masalah-masalah sosial di Universitas Oberlinis, istilah sosiologi yang berasal dari Comte digunakan oleh George Fithugh tahun 1880-an kemudian William Graham Sumner mengajar ilmu sosial di Unversitas Yale pada tahun 1873.Pada tahun 1880-an, kuliah - kuliah yang berjudul sosiologi mulai muncul. Departemen sosiologi pertama didirikan di Universitas Kansas tahun 1889. Tahun 1892 Albion Small pindah ke Universitas Chicago dan mendirikan Departemen sosiologi di Universitas tersebut. Departemen sosiologi dari Universitas Chicago berkembang menjadi satu aliran tersendiri yang di kenal dengan nama The Chicago School. Dari departemen ini lahirlah journal of sociology yang masih bertahan hingga saat ini. Dari Universitas ini pula lahirlah American Sociological Society, yakni perkumpulan para ahli sosiologi se - Amerika yang tahun 1959 berubah nama American Sociological Association dan masih bertahan hingga saat ini.

2.      Perkembangan teori sosiologi hingga pertengahan abad 20
Perkembangan teori sosiologi pada abad 20 tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosiologi di Universitas Harvard. Kehadiran teori sosioloigi pada Universitas Harvard muncul bersamaan dengan masuknya Peter Sorokin ke Universitas itu pada tahun1930. Sebelum Sorokin tiba belum ada Departemen sosiologi di Harvard. Tetapi pada akhir tahun yang sama departemen sosiologi didirikan di Universitas itu dan dia sendiri dipilih sebagai ketua jurusan. Inilah jasa Sorokin yang terbesar sebab teori - teorinya  tentang perubahan sosial dan budaya sebagaimana tertulis dalam buku Social and Cultual Dynamics (1937 dan 1941).[30]           

Teori  Funsionalisme Struktural
Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ketidak – seimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas model perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi (theodorson, 1969 : 67). Asumsi dasar teori ini ialah, bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Secara ekstrim teori ini mengatakan,bahwa segala sesuatu didalam masyarakat ada fungsinya, termasuk hal–hal seperti kemiskinan, peperangan, atau kematian. Tetapi, persoalannya ia berfungsi untuk siapa ? kemiskinan, pasti berfungsi untuk orang kaya sebagai yang diuraikan oleh Herbert Ganz (1972 : 275–289). Tetapi tentu tidak berfungsi untuk orang yang miskin. Karena itu, sebagai ilmuan sosial kita harus selalu dengan kritis bertanya entah sesuatu itu fungsional untuk siapa.

Teori Fungsionalisme Stratifikasi
Salah satu karya yang cukup terkenal dari fungsionalisme struktural ialah teorinya tentang stratifikasi sosial. Teori ini dikemukakan oleh Kings Ley Dapis dan Wilbert Moure (1945). Dapis dan Moure menganggap stratifikasi sosial sebagai suatu kenyataan yang universal dan perlu untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka berpendapat, bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi sosial. Stratifikasi adalah suatu keharusan.
Disini ada 2 hal yang harus diperhatikan, yakni: pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu–individu yang tertentu keinginan unttuk menduduki posisi tertentu. Kedua, setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok, bagaimana masyarakt membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi persyaratan–persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas–tugas sesuai posisinya itu.
Persoalan penempatan orang–orang kedalam posisi yang tepat muncul epermukaan karena 3 alasan. Pertama, ada  posisi–posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan dari posisi lainnya. Kedua, ada posisi–posisi tertentu yang penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan posisi lainnya. Ketiga, posisi–posisi didalam masyarakat menuntut sejumlah bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi–posisi tertentu menjadi persoalan.[31]

C.    Teori Post Modern
Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara sekilas, konsep postmodern dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat dimaknai sebagai era “Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah modernitas.
Ada beberapa istilah yang masih berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme. Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos–jangka waktu, zaman, masa– sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial.
Teori postmodern banyak memberikan kritik atas realitas “manusia modern” yang terlalu dalam persepsi mereka. Rosenau (Ritzer, 2003) mnjelaskan mengenai beberapa posisi dari teori postmodern mengenai modernitas. Pertama, postmodern mengkritik masyarakt modern yang dinilai gagal dalam memenuhi janji–janjinya. Postmodern mempertanyakan bagaimana setiap orang dapat mempercayai bahwa modernitas telah membawa kemajuan dan harapan masyarakat depan yang lebih cemerlang. Kedua, teori postmodern cendrung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern cenderung menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, dan sebagainya. Keempat, teori  postmodern menolak kecendrungan dunia modern yang meletakkan batas–batas antara hal–hal tertentu seperti disipin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.[32]

PERSPEKTIF SOSIOLOGI TENTANG EKONOMI

A.    Pengertian
Sosiologi ekonomi merupakan sebuah kajian yang membahas masalah yang berhubungan dengan tentang bagaimana cara individu atau kelompok masyarakat berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pendekatan sosiologis.
Sosiologi Ekonomi adalah perspektif sosiologis yang digunakan dalam menjelaskan fenomena ekonomi, terutama terkait  dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang, jasa, dan  sumberdaya yang terbatas, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraanya.[33]
Kajian sosiologi ekonomi berhubungan dengan dua hal[34]:
v  Fenomena ekonomi
Berkaitan dengan suatu cara dari individu atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya.Yaitu cara-cara yang digunakan oleh individu ataupun kelompok dalam melakukan produksi, distribusi, konsumsi maupun transaksi barang dan jasa. Para ahli sosiologi ekonomi memiliki beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan fenomena ekonomi ini,diantaranya adalah[35]:
·         bagaimana aktivitas-aktivitas ekonomi disusun kedalam peran dan kolektivitas,
·         dengan nilai apa aktivitas ekonomi ini dilegitimasi,dan
·         dengan norma-norma dan sanksi-sanksi apa aktivitas ekonomi ini diatur.

v  Pendekatan sosiologis
Hal ini berhubungan dengan cara para sosiolog dalam memahami fenomena ekonomi dengan menggunakan suatu kerangka acuan,variabel-variabel,dan model-model tertentu.Misalnya:
·         Bagaimana menyesuaikan suatu struktur peranan jabatan dengan struktur peranan keluarga dalam suatu masyarakat industri,
·         Konflik politik apa yang akan timbul oleh pengaturan ekonomi dalam masyarakat,dan
·         Sistem kelas apakah yang akan timbul dari berbagai jenis sistem ekonomi.




B.     Perbandingan Antara Sosiologi Ekonomi Dan Ekonomi

Titik Tolak
Ekonomi
Sosiologi
Konsep aktor
Individu
Kelompok,institusi,masyarakat
Konsep tindakan ekonomi
Rasional
Rasional,tradisional,spekulatif-rasional
Hambatan pada tindakan ekonomi
Kelangkaan sumber daya,termasuk teknologi
Kelangkaan sumber daya dan pengaruh aktor-aktor lain
Hubungan ekonomi dan masyarakat
Ekonomi bukan bagian dari masyarakat
Ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat
Tujuan analisis
Prediksi,eksplanasi,sedikit deskripsi
Deskripsi,eksplanasi,sedikit prediksi
Penerapan metode
Hipotesis,model-model matematika
Historis,perbandingan

C.    Perspektif Sosiologi Tentang Fenomena Ekonomi
Ada dua perspektif dalam sosiologi ketika melihat prilaku individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya[36]:
1.      Perspektif Utilitarian
Perspektif utilitarian menganggap bahwa manusia adalah aktor yang rasional.prilaku manusia yang dianggap rasional adalah prilaku yang yang memperhitungkan untung-rugi dan memilih keputusan yang paling efisien dari banyaknya pilihan.suatu prinsip ekonomi yang masih berkembang sampai saat ini adalah “keuntungan maksimal(profit maximum) dengan biaya yang rendah”.basis tindakan sosial manusia adalah motivasi ekonomi.
2.      Perspektif Keterlekatan
Para sosiolog memiliki pendapat bahwa kegiatan ekonomi selalu terlekat dalam konteks sosial.Keterlekatan ekonomi bukan hanya terbatas pada jaringan hubungan antar personal,tetapi juga supra-individual dan kondisi-kondisi hubungan masyarakat interpersonal,ekonomi ditandai dengan keterlekatan secara makro maupun mikro (granovetter {1990}).Granovetter menegaskan bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi.
Perspektif keterlekatan mengaggap bahwa tindakan ekonomi seorang individu selalu terlekat dalam latar sosial.Prilaku ekonomi berhubugan dengan kekuatan-kekuatan struktural atau sistematis yang beroperasi secara nyata dalam masyarakat,termasuk ekonomi.
Menurut Swedberg dan Granovetter,ada 3 proposisi utama dalam sosiologi ekonomi baru yang berkaitan dengan keterlekatan ekonomi,yaitu:
·         Tindakan  ekonomi merupakan suatu bentuk tindakan sosial,
·         Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial,
·         Institusi ekonomi dikonstruksi secara sosial.

D.    Peletak Fondasi Sosiologi Ekonomi
Para tokoh yang berjasa dalam meletakkan fondasi sosiologi ekonomi adalah sebagai berikut[37]:
1.      Karl Marx(1818-1883)karya-karyanya adalah sebagai berikut:
·         The Economic And Philosophical Manuscripts Of 1884 ({1884}1964)merupakan karya awal karl marx yang menarik banyak perhatian para ahli ilmu-ilmu social,terutama yang berjudul The Power Of Money In Bourgeois Society dan Estranged Labor.
The Power Of Money In Bourgeois Society membahas tentang nasib hubugan-hubungan sosial ketika segala sesuatu menjadi komoditas yang dapat diperjual belikan.sedangkan Estranged Labor membahas tentang tenaga kerja ,penekanan distorsi dari proses kerja ketika tenaga kerja menjadi komoditas.
·         The Communist Manifesto({1884}1978),karya ini menjelaskan bagaimana pandangan dunia secara keseluruhan yaitu bahwa sejarah digerakkan oleh perjuangan kelas(kelas proletar dan kelas borjuis dalam masyarakat kapitalis).
·         A Contribution To The Critique Of Political Economy ({1859}1970),buku ini menjelaskan bahwa fondasi dari masyarakat adalah ekonomi,dan diatas fondasi ini dibangun super struktur politik dan hukum.
·         Capital ({1867}1906)buku ini menjelaskan bahwa komuditas diciptakan melalui tenaga kerja,kemudian komuditas ditukarkan untuk mendapatkan uang,kemudian uang diubah menjadi modal,dan modal inilah yang menciptakan penindasan dan pertentangan kelas.

2.      Max Webber(1864-1920)beberapa karya webber diantarannya adalah:
·         The Protestan Ethic And The Spirit Of Capitalism,tulisan ini menjelaskan tentang perhitungan dan kerja keras bisnis barat yang didorong oleh perkembangan etika protestan pada abad ke-16 dengan doktrin calvinisme yaitu doktrin tentang takdir.
·         Economy And Society({1922}1978),ada 3 unsur pemisah yang dijelaskan dalam buku ini yaitu:tindakan ekonomi adalah sosial,tindakan ekonomi selalu melibatkan makna,dan tindakan ekonomi selalu memperhatikan kekuasaan.
3.      Emile Durkheim (1858-1917) karyanya adalah:
·         The Division Of Labor In Society({1893}1984), menjelaskan tentang bahwa pembagian kerja adalah sarana utama untuk penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern.


4.      Joseph Schumpeter(1883-1950)karya-karyanya antara lain:
·         History Of Economic Analisys(1954), analisis ekonomi adalah untuk mempelajari bagaimana orang bertingkah laku dan apa pengaruh dari perilaku tersebut. Sementara sosiologi ekonomi mempelajari mengapa seseorang melakukan suatu tindakan dalam konteks institusional yang lebih luas dimana aktivitas ekonomi dilakukan.
·         Capitalism, Socialism And Democracy ({1886}1975),menjelaskan tentang keruntuhan kapitalisme dan digantikan oleh sosialisme.

5.      Karl Polanyi(1886-1964)beberapa karyanya antara lain:
·         The Great Transformation ({1944}1957),karya ini berisi tentang evolusi historis mentalitas pasar.
·         Trade And Market In The Early Empires({1957}1971),menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat dan ekonomi dalam masyarakat primitive.

6.      Talcott Persons (1902-1979) dan Neil J.Smelser.Beberapa karya Talcott persons adalah :
·         The Structure Of Social Action ({1937}1986) karangannya ini berusaha untuk mensintesis beberapa pemikiran dari pareto,marshall,dan webber.
·         Menterjemahkan karangan Webber tentang The Protestant Ethict And The Spirit Of Capitalism dan Economy And Society kedalam bahasa inggris.











HUBUNGAN PERILAKU EKONOMI DALAM HUBUNGAN SOSIAL


A.    Keterlekatan Sosiologi dengan Ekonomi
Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “Suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok.”[38]
Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional. Misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.[39]
1.      Produksi
Kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,yaitu production.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata produksi diartikan sebagai proses mengeluarkan hasil atau penghasilan.
Kegiatan produksi adalah suatu produk.Pemikiran sosiologi Max Weber tentang produksi dapat dinapaktilasi,salah satunya,lewat bukunya tentang Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme (1958/2000).Dalam buku tersebut Weber melihat hubungan elective finity ,yaitu hubungan yang memiliki konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal balik,antara etika protestan dan semangat kapitalisme pada awal perkembangan kapitalisme modern.Weber menemukan adanya aspek tertentu dalam etika protestan sebagai perangsang yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis modern dalam tahap-tahap pembentukannya.[40]
Fenomena Produksi
Kerja ( Ideologi,nilai sikap,motivasi,dan kepuasan )
Faktor Produksi kita yang diambil                  
Pembagian kerja
Cara-cara produksi
Hubungan-hubungan Produksi
Proses tekhnologis (Instrumen,pengetahuan,jaringan operasi, kepemilikan)
Alienasi
Tekhnologi dan kerja
Pendidikan,tekhnologi,dan kerja sekarang.


2.      Distribusi
Distribusi berakal dari bahasa Inggris distribution,yang beralti penyaluran.Sedangkan kata dasarnya to Distribute Sedangkan kamus Inggris Indonesia John M,Echols dan Hassan Shadilly, bermaknamembagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan, dan mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Produksi dimaksudkan sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau beberapa tempat.[41]
Max Webwr merupakan sosiolog yang paling banyak mencurahkan perhatiannya dibandingkan peletak dasar  lainnya terhadap distribusi dalam bentuk pertukaran dipasar.Dalam Economy and Society,Weber melihat bahwa suatu pasar ada apabila dimana terdapat kompetisi.Meskipun hanya unilateral, bagi kesempatan dari pertukaran diantara suatu keberagaman partai-partai yang potensial.
Fenomena Distribusi
Redistribusi
Resiprositas
Pertukaran
Pasar (aktor mekanisme,ruang dan waktu)
Transportasi
Perdagangan
Kewirausahaan
Uang
Pemberian
Perusahaan
Ritel
Distributor



3.      Konsumsi
Salah satu sosiolog yang merumuskan pengertian konsumsi. Don Slater. Menurutnya konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan mereka.
Fenometa Konsumsi

Masyarakat konsumsi
Budaya dan konsumsi
Perilaku konsumen
Waktu luang
Gaya hidup
Fashion
Sandiwara
Belanja: Sandang, pangan, minuman,dan rumah
Turisme
Ideologi Konsumsi
Politik konsumsi
Konsumsi dan Mobilitas sosial
Konsumsi dan perubahan sosial.


B.     Keterkaitan Ekonomi dalam masyarakat nasional dan tradisional
1.      Keterlekatan ekonomi dalam masyarakat modern
Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi.
Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Dengan kata lain, ekonomi terstrukturatas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri dan secara radikal melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya. Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini, ditegaskan sekali lagi, diatur oleh harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.[42]
Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.
Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.
Dalam hal ini rasional berarti :
1.       Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
2.       Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
3.       Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.
Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.


Dalam hal ini rasional berarti :
1.      Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
2.      Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
3.      Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
Keterlekatan  yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam table 1.

Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ekonomi dan Komunitas
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat dalam komu nitas politik yang terpusat
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
Ekonomi dan Pemerintahan
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol geo- politik
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan melalui integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan pasar dari dominasi politik
Ekonomi dan Rumah Tangga
Resiprositas-ekonomi maupun rumah tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
pasar-ekonomi tidak melekat pada rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.


2.      Keterlekatan Ekonomi dalam masyarakat tradisional
Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam berimigrasi dan kewiraswastaan imigran. Jaringan ini bersatu dalam ikatan kekerabatan, persahabatan, dan komunitas asal yang sama. sekali jaringan ada si suatu tempat, ia akan menciptakan arus migrasi yang berkesinambungan (Powell dan Smith-Doer 1994 : 374)kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi pada komunitas migran dimudahkan oleh jaringan dari ikatan dalam saling tolong menolong, sirkulasi modal dan bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.
Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Perluasan ikatan dan hubungan serta ikatan dalam lokasi strategis adalah hal utama. Dua bidang penting dalam penelitian ini adalah pertukaran informasi informal dan mobilisasi sumber daya. Jaringan komunikasi memainkan peran penting dalam penyebaran model,struktur, praktek dan budaya bisnis. Tiga cara untuk transmisi ide dan pengetahuan yaitu melalui jaringan profesi atau jaringan perdagangan melalui pola hubungan antar organisasi yang mana perusahaan dan individu terlibat dan melalui tindakan seorang yang berwibawa. Bagi kebanyakan perusahaan dan institusi, mereka belajar melalui peniruan dan penyontekan dan ini merupakan cara yang efektif unttuk menghemat biaya.



PENGARUH BUDAYA DALAM EKONOMI



A.    Pengertian
[43]Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, larangan-larangan dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Kebudayaan itu bersifat spesifik sebab aspek ini menggambarkan pola kehidupan. Setiap kesatuan masyarakat pola kehidupannya berbeda. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya. Keterikatan ini menyebabkan kebudayaan memiliki pengaruh bagi setiap perilaku masyarakat.
Oleh karena itu, kebudayaan memiliki pengaruh yang kuat bagi setiap tindak tanduk masyarakat yang hidup didalamnya. Akibat pengaruh ini, seringkali terjadi masalah didalamnya. Salah satunya adalah masalah ekonomi. Kebudayaan yang tidak sesuai bisa saja menjadi salah satu penyebab kemiskinan di masyarakat.
[44]Ekonomi adalah suatu pokok bagian dari masyarakat jaman ini, pada  itu  kebanyakan sarjana sosiologi setuju. Di samping menjadi institusi sosial dalam  kepunyaan benar nya ,itu juga berperan untuk yang administratif, bidang pendidikan, etis, sah/tentang undang-undang, dan organisasi masyarakat religious, singkatnya, bangunan bagian atas yang sosial itu. Hanyalah dinamis hubungan ini dan bagaimana ditentukan adalah sesuatu yang debat teoritis. Sarjana sosiologi yang klasik Marx, Durkheim, dan Weber adalah yang pertama untuk menyelidiki hubungan itu antara ekonomi dan masyarakat di dalam yang ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh, masing-masing mengembangkan sudut pandang berbeda berdasar pada posisi teoritis masing-masing mereka. Seperti akan jadi terperinci, Marx memandang ekonomi itu sebagai dasar yang menentukan bangunan bagian atas yang sosial; Durkheim memandang ekonomi itu sebagai salah satu dari sejumlah institusi sosial yang menyusun;merias suatu masyarakat, sedangkan Weber memandang ekonomi itu pada sebagian sebagai suatu perluasan dari kepercayaan religius. Marx, Durkheim, dan Weber membentuk itu pondasi bagi sosiologi klasik dan menyediakan teori brilian dan analisa yang masih diperdebatkan hari ini semua tiga setuju bahwa ekonomi sangat utama suatu peristiwa sosial dan untuk pantas studi sedemikian.


B.     Pengaruh Budaya dalam Produksi
[45]Kaidah-kaidah kebudayaan mencakup bidang yang luas sekali. Berlakunya kaidah dalam suatu kelompok manusia tergantung pada kekuatan kaidah tersebut sebagai petunjuk tentang seseorang bagaimana harus berlaku. Artinya, sampai berapa jauh kaidah-kaidah tersebut dapat diterima oleh anggota kelompok, sebagai petunjuk prilaku yang pantas.  Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri dan menyesuaikan diri pada alam, juga telah dapat hidup dengan manusia-manusia lain dalam suasana damai, timbullah keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu untuk menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain, yang juga merupakan fungsi kebudayaan. Dengan demikian, fungsi kebudayaan sangat besar bagi manusia, yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antarmanusia dan sebagai wadah segenap perasaan manusia.
Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan  manusia. Walaupun hal itu jarang disadari oleh manusia sendiri, namun tak mungkin seseorang mengetahui dan meyakini seluruh unsur kebudayaannya. Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur-unsur  kebudayaan yang didukung oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya.
[46]Dalam membahas budaya dalam produksi ada tiga level penelitian yang dapat dilakukan, yaitu
1.      Budaya Organisasi
Penelitian tentang budaya organisasi menurut di maggio (1994) dapat dilakukan ddengan empat pendekatan yaitu
a.       Pendekatan kognitif
Pendekatan ini menekankan kepada peranan kebiasaan,rutin, dan standar prosedur pelaksanaan dalam kehidupan organisasi.
Kesemuanya itu merupakan budaya organisasi yang memudahkan pengambilan kebijakan organisasi yang memudahkan pengambilan kebijaksanaan organisasi dan pemecahan permasalahan yang ada.

b.      Pendekatan simbolisme ekspresif dan norma-norma organisasi
Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada aspek symbol dan norma yang terdapat dalam suatu perusahaan sehingga memotivasi pekerja untuk melakukan aktivitasnya.Misalnya perayaan ulang tahun perusahaan bisa dilakukan oleh perusahaan besar dan perusahaan swasta asing di Indonesia seperti raja wali citra televise atau BASF.

c.       Pendekatan budaya produksi dan manajemen
Pendekatan ini memandang bahwa terdapat perbedaan antara oran-orang yang terlibat dalam produksi dan mereka yang terlibat dalam manajemen.

d.      Pendekatan legitimasi dan keefektifan
Pedekatan ini melihat bahwa bagaimana legitimasi dan keefektifan organisasi berhubungan dengan lingkungannya

2.      Budaya Kelas Sosial Dalam Ekonomi
[47]Penelitian budaya dalam kelas social seperti yang diajukan di maggio (1994) dapat dilakukan dalam tiga bidang penelitian
a.       Penelitian tentang kelas bawah
Penelitian ini dapat dilakukan pada masalah bagaimana peranan sosialisasi dan ikatan budaya dalam mempertahankan solidaritas, mengizinkan tindakan ekonomi atau politik tertentu.
b.      Penelitian tentang propesional dan manejer
Penelitian ini berkisar pada bagaimana budaya yang dimiliki oleh anggota-anggota kelas ini memberikan kemampuan kepada mereka untuk melakukan mobilitas  (pekerjaan dan sosial).
c.       Penelitian tentang kelas pekerja
Penelitian ini berkisar pada bagaimana bahasa,rasa,definisi tentang kehormatan,norma hokum,dan item budaya lainnya mempengaruhi perilaku seperti motivasi kerja.
[48]Misalnya Budaya Nyumbang di Jawa,bagi masyarakat Jawa tentu tidak asing dengan budaya nyumbang. Budaya ini sudah begitu akrab di telinga kita. Nyumbang biasanya dilakukan dengan membantu kerabat, tetangga, teman, saudara yang sedang punya hajat, entah itu hajat melahirkan, mantu (mantenan), sunatan, maupun kematian. Bentuk sumbangan bisa berwujud uang, barang, tenaga maupun pikiran.
Semula nyumbang sebagai sesuatu yang bernilai agung, wujud solidaritas sosial masyarakat guna mengurangi beban warga yang sedang hajatan. Ketika ada tetangga, rekan atau kerabat yang sedang punya hajat, masyarakat sekitar secara suka rela membantunya, sehingga warga yang hajatan tidak terlalu terbebani. Masyarakat Jawa warna budayanya sangat kental. Hampir setiap tahapan kehidupan bisa dipastikan ada ritual-ritual yang mesti dijalankan, sejak lahir, sunatan, hamil, melahirkan, ritual kematian hingga pascakematian. Jika perayaan ritual ini semua ditanggung sendirian, akan memakan biaya yang tidak sedikit.
Seiring perjalanan waktu, tradisi nyumbang ikut mengalami pergeseran nilai. Tradisi yang semula bernilai solidaritas sosial tinggi ini pada akhirnya mengalami proses kapitalisasi. Nyumbang          yang awalnya kental dengan nuansa solidaritas organis, solidaritas berdasarkan ketulusan,  telah berubah menuju solidaritas mekanis, solidaritas berdasarkan untung rugi. Penyelenggaraan hajatan tidak lagi semata-mata wujud akan ketaatan kepada tradisi, namun kepentingan-kepentingan ekonomi ikut bermain. Tradisi nyumbang sudah bergeser dari orientasi sakral menuju kepentingan uang. 
Dari dua contoh kasus diatas, dapat kita bayangkan betapa besarnya biaya yang dibutuhkan untuk acara-acara semacam itu, belum lagi mereka harus memotong hewan kurban. Satu ekor sapi saja bisa dikatakan tidak cukup dalam prosesi adat itu, minimal dua ekor sapi untuk dipergunakan dalam acara tersebut yang akan disuguhkan kepada semu undangan yang hadir. Menariknya lagi, ketika akan dilaksanankan acara hajatan semacam itu, tidak mengenal apakah orang tersebut kaya atau miskin, kondisi acaranya berbeda, suguhannya pun juga tidak jauh berbeda. Orang kaya memotong kerbau, orang miskin pun memotong kerbau. Inilah kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat danterjadi secara turun-temurun. Bahkan untuk melaksanakan prosesi tersebut masyarakat rela untuk meminjam uang, menggadaikan apa yang dimiliki, serta menjual harta keluarga. Sehingga biaya ritual tinggi menjadi sebuah kebiasaan turun temurun, yang berdampak pada tingkat ekonomi masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.
Ritual sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks adat, budaya rasa syukur tidak cukup hanya dengan lisan, namun perlu diwujudkan dalam bentuk upacara ritual dan kalimat syukur itu diucapkan berbarengan dengan acara ritual.
Tidak sebanding dengan nilai kepuasan bathin yang sulit diukur, nilai negative yang ditimbulkan oleh acara adalah sebagai sebuah pemborosan, yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak pada :
·         Timbulnya hutang[49]
·         Hidup dalam pas-pasan tanpa memperhatikan gizi makanan karena sebagian penghasilan disimpan untuk persiapan hajatan
·         Menggadaikan hak miliknya untuk kepentingan ritual
·         Budaya gengsi

3.      Budaya Antar Bangsa
[50]Penelitian tentang budaya antar bangsa melihat bagaimana perbedaan budaya antar bangsa menyebabkan perilaku ekonomi.Bidang penelitian ini memperhatikan perbedaan isi dari naskah dan kategori-kategori yang melekat dalam bahasa dan ditanamkan lewat media sosialisasi  misalnya system pendidikan dan media massa.Penelitian tentang perbedaan budaya jepang dan Amerika memperlihatkan perbedaan budaya kerja seperti pekerja-pekerja jepang lebih lama jam kerjanya,lebih sedikit absen,lebih sedikit alih pekerjaan,dan lebih sedikit melakukan protes dibandingkan pekerja-pekerja amerika.
Saat dunia bergerak ke arah yang lebih masyarakat global, kita melihat hubungan budaya yang lebih dan lebih lintas. Banyak orang tua mengatakan bahwa hubungan ini tidak akan bekerja karena tidak wajar, dan kadang-kadang berpikir ini mempengaruhi beberapa sangat stabil. Jadi untuk melihat apakah hubungan lintas budaya Anda memiliki tembakan bekerja, periksa daftar periksa singkat tapi penting. Hubungan Anda bahkan akan lebih kuat untuk itu dalam jangka panjang. Inilah yang harus Anda ketahui tentang mempersiapkan diri bagi Pernikahan lintas budaya. Terlalu banyak orang menganggap bahwa budaya mereka sampai ke "menang," terutama jika latar belakang mereka adalah satu mayoritas di mana mereka tinggal. Anda mungkin berpikir keluarga Anda tidak akan memiliki masalah, atau mengharapkan mereka untuk memiliki kecocokan. Dalam kedua kasus, ada kemungkinan mereka akan mengejutkan Anda. Intinya adalah bahwa sering kali ada tarik alami untuk wanita dari yang lain budaya dan sebaliknya dan cara sedang dibuat lebih populer dan diterima oleh jaringan sosial yang berlimpah tengah hari ini. Jika saya mencari suatu hubungan dan satu tidak mengembangkan online saya akan naik pesawat cepat untuk bertemu dengannya untuk melihat apakah itu hanya kelakar online. Bahkan saya tidak akan mencari hubungan secara online, itu hanya bukan cara saya. Ketika saya pertama kali pergi ke Rusia, aku benar-benar hilang! Setiap aspek dari bagaimana mereka melakukan hal-hal yang asing bagiku. Saya tidak melakukan apa-apa dengan benar, dan istri saya mengancam saya terus-menerus karena saya biasanya malu sangat banyak. Rasanya seperti hidup pada roller coaster emosional, tapi saya bertahan dan matang menjadi orang yang lebih stabil dan percaya diri karena itu. Ini adalah cara yang sangat efektif untuk memastikan komunikasi budaya akurat lintas telah terjadi. Hindari Slang Bahkan orang asing yang paling berpendidikan tidak akan memiliki pengetahuan yang lengkap slang, idiom dan ucapan. Bahayanya adalah bahwa kata-kata akan dipahami tetapi artinya tidak terjawab. Berikut adalah beberapa strategi untuk meningkatkan komunikasi lintas-budaya. Perubahan perspektif. Anda melihat orang-orang, tempat, dan hal sehari-hari meskipun lensa sendiri budaya Anda. Lihat apa yang Anda dapat belajar dengan mencoba pada lensa budaya orang lain. Berhati-hati. Menjadi sadar berarti "sepenuhnya hadir" dan mendengarkan apa dan bagaimana informasi yang dikomunikasikan. Mendidik diri sendiri. Perjalanan. Ambil kelas atau seminar. Dapatkan keluar dari zona kenyamanan Anda. Masuk ke komunitas Anda. Dalam rangka membangun kuat hubungan lintas-budaya, mengundang kenalan baru Anda untuk berbagi makan dengan Anda. Makanan memegang peranan penting dalam kehidupan orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Mengambil waktu untuk menikmati makan siang atau makan malam dengan teman yang baru calon. Mengembangkan hubungan lintas-budaya tidak mudah. Artikel ini telah membahas lima tips untuk membangun Persahabatan dengan orang-orang dari semua lapisan kehidupan. Saran saya tentang situasi visa adalah bahwa jika Anda bertemu seseorang dari negara lain yang ada di sini dengan visa pengunjung atau bentuk lain dari visa dan Anda merasa bahwa Anda mungkin sangat serius tentang mereka, berpikir tentang menikah sebelum mereka meninggalkan negara itu.[51]

4.      [52]Budaya Dan Pertukaran
Pertukaran, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan aktivitas ekonomi yang diterapkan dalam bidang ekonomi pasar.Berkenaan peranan budaya dalam masyarakat pasar, Dimaggio mengajukan tiga argument yaitu
1.      Budaya membentuk actor rasional
2.      Ide,teknologi kognitif dan institusi-institusi yang berkaitan menciptakan kerangka kerja bagi ekonomi pasar
3.      Orang menggunakan budaya untuk menginterpretasikan dan menyesuaikan diri terhadap hubungan-hubungan dan institusi pasar.

C.    Pasar Loak sebagai Kontruksi Budaya
Pasar loak yang dimaksud disini adalah pasar loak yang berkembang di eropa barat,terutama jerman.Pasar loak jerman tidaklah dapat dipandang hanya sebagai tempat jual beli barang-barang bekas tetapi lebih dari itu,ia dapat dipandang sebagai suatu kontruksi budaya.Pasar loak di jerman tidak dapat disamakan dengan pasar loak yang ada dipadang,misalnya pasar loak jerman umumnya dilakukan dilangan terbuka,barang yang diperjualbelikan beraneka ragam mulai dari barang-barang bekas seperti pakaian,peralatan dapur,peralatan ruang tamu,alat tulis,music dan sebagainya.Barang-barang baru tersebut kebanyakan berasal dari luar jerman seperti turki dan Negara-negara eropa timur seperti polandia dan rusia.
Suatu pandangan biasa di jerman seorang penjual barang dagangan bekas menggelar barang dagangannya di depan atau disamping mobil baru”BMW” nya.Barang bekas itu relative baru bahkan malah sering ditemukan barang yang dijual masih baru belum dilepakan merek dagangnya atau lebel harganya,tetapi oleh karena terlanjur sudah dibeli atau karena hal lain maka barang tersebut jatuh ke pasar loak.







MORAL EKONOMI DAN TINDAKAN EKONOMI



Dalam kajian sosiologi, Moral Ekonomi adalah suatu analisa tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial.
Menelaah lebih lanjut, beberapa buku referensi bagi mahasiswa dalam perkuliahan, diajukan beberapa teori tentang moral ekonomi. James C. Scott mengajukan sebuah analisa tentang kehidupan petani sedangkan H.D. Evers mengemukaakn teori tentang moral ekonomi pedagang. Inti pembahasannya adalah apa yang menyebabkan sekelompok masyarakat berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam kegiatan perekonomian.[53]
Bagian ini menjelaskan bagaimana hubungan antara moral ekonomi yang memiliki oleh suatu kelompok masyarakat dan tindakan ekonomi yang di lakukan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terlebih dahulu yang membahas tentang moral ekonomi petani yang di tulis oleh Jemes C. Dan terakhir moral ekonomi pedagang diedit oleh H.D Ever dan Heiko Schrader. Kemudian dilakukan perbandingan antara kedua tulisan tersebut, untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut.

A.    Moral Ekonomi Petani
Dapat di defenisikan moral ekonomi sebagai pengertian petani tentang keadilan ekonomi dan defenisi kerja mereka tentang eksploitasi pandanga mereka tentang pungutan–pungutan terhadap hasil produksi mereka mana yang dapat ditolerir  mana yang tidak dapat. Dalam mendefinisikan moral ekonomi, petani akan memperhatikan etika subsistensi dan norma resiprositas yang berlaku dalam masyarakat mereka. Etika subsistensi merupakan perspektif dari mana petani yang tipikal memandang tuntutan-tuntutan yang tidak dapat  di letakkan atas sumber daya yang dimilikinya dari pihak sesama warga desa,tuan tanah atau pejabat.
Etika subsistensi tersebut, menurut james Scott (1976), muncul dari kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan dan merupakan konsekuensi dari suatu kehidupan yang begitu dekat dengan garis batas dari krisis subsistensi. Oleh karena itu kebanyakan rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan batas-batas substensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan dari pihak luar maka mereka meletekkan landasan etika subsistensi atas dasar pertimbangan prinsip  safety first (dahulukan selamat).
Dari sudut pandang moral ekonomi petani,subsistensi itu sendiri merupakan hak oleh sebab itu ia sebagai tuntutan moral. Maksudnya adalah petani merupakan kaum yang miskin mempunyai hak sosialatas subsistensi. Oleh karena itu, setiap tuntutan terhadap petani dari pihak tuan tanah sebagai elit desa atau negara tidaklah adil apabila melanggar kebutuhan subsistensi. Pandangan moral ini mengandung makna bahwa kaum elit tidak boleh melanggar cadangan subsistensi kaum miskin pada muslim baik dan memenuhi kewajiban moralnya yang positif untuk menyediakan kebutuhan hidup pada musim jelek.
Norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi perilaku antarindivindu: antara petani dengan sesama warga desa, antara petani dengan tuan tanah, antara petani dengan negara.prinsip moral ini berdasarkan gagasan bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling tidak jangan merugikan. Prisip moral ini mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa yang di terima menciptakan, bagi si penerima, satu kewajiban timbal balik untuk membalas satu hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya membanding di kemudian hari. Ini berarti bahwa kewajiban untuk membalas budi merupakan satu prinsip moral yang paling utama yang berlaku bagi hubungan baik antara pihak-pihak sederajat. James scott (1976) telah meletakkan dasar stratifikasi sosial masyarakat petani atas tingkat keamanan subsistensi mereka, bukan pada penghasilan mereka. Keamanan subsistensi mereka di jamin oleh tuan tanah yang menjadi patron mereka.sedangkan lapisan terbawahnya adalah buruh. Pertumbuhan negara kolonial dan komersiliasi pertanian yang membawa masyarakat petani ke dalam ekonomi dunia telah memperumit dilema keterjaminan subsistensi kaum petani.
Hal ini di sebabkan sekurang-kurangnya oleh lima cara yaitu:
1.      Ketidakstabilan bersumber dari pasar
Ekonomi pasar yang diperkenalkan ke dalam masyarakat petani tidak hanya berlingkup pasar setempat (lokal) tetapi juga pasar dunia. Pada dasar dunia hubungan antara hasil panen setempat dan harga terputus. Dengan kata lain naik turunnya harga terlepas dari permintaan dan penawaran setempat.
2.      Perlindungan desa yang semakin lemah
Terjadi erosi dalam pemberian perlindungan dan pemikul resiko oleh kelompok kerabat dan pada nilai desa, karena terjadi perubahan struktural seperti berkurangnya sumber daya yang dimiliki oleh kelompok kerabat maupun desa secara bersama (komunal) dan di perkenalkannya hukum positif kolonial sebagai pengganti huku-hukum yang di warisi secara turun temurun (tradisi).
3.      Hilangnya sumber-sumber daya subsistensi sekunder
Tanah milik desa dimana para warga mengembalakan ternak dan dan hutan milik desa dimana petani mengambil kayu bakar bukan lagi milik komunal masyarakat desa, ia sudah menjadi sesuatu yang kemersial dan seseorang yang memanfaatkannya harus bayar pajak.
4.      Buruknya hubungan-hubungan kelas agraris
Di tandai dengan perubahan sifat peran tuan tanah dari paternalistik dan pelindung menjadi impersonal dan kontraktual.tuan tanah bukan lagi pemikul resiko di msa sulit tetapi menjadi tukang kutip uang sewa tetap, bukan hanya di lakukan pada masa baik dan tetapi juga pada masa buruk.
5.      Negara kolonial yang semakin ekstensif dan intensif dalam memungut pajak
Bukan hanya pajak kepala dan tanah, yang pernah dipungut oleh pemerintah tradisional pra-kolonial, tetapi juga di perluas kepada aktivitas yang berkaitan dengan subsistensi seperti pajak perahu, pajak garam, dan seterusnya.                                                        

B.     Moral Ekonomi Pedagang
Dalam moral ekonomi ini setuju dengan pendapat james scott (1976-176) yang menyatakan bahwa masyarakat petani umumnya dicirikan dengan tingkat solidaritas yang tinggi dan dengan suatu sistem nilai yang menekan kan tolong menolong, pemilikan bersama sumber daya dan keamanan subsistensi. Hak terhadap subsistensi merupakan suatu prinsip moral yang aktif dalam tradisi desa kecil. Dalam kondisi seperti ini pedagang menghadapi dilema yaitu memilih antara memenuhi kewajiban moral kepada kerabat-kerabat dan tetangga-tetangga untuk menikmati bersama pendapatan yang di perolehnya sendiri di satu pihak dan untuk mengakumulasikan modal dalam wujud barang dan uang di pihak lain.di luar desa para pedagang di hadapkan dengan tuntunan anonim yang sering bersifat anarkis dan berasal dari pasar terbuka dengan fluktuasi harga yang liar. Pedagang cendrung terperangkap ditengah dan dalam hal ini bisa disebut sebagai tengkulak karena mereka tidak hanya menaggung resiko kerugian secara ekonomi tetapi juga resiko terhadap diskriminasi dan kemarahan petani.
Para pedagang dalam masyarakat petani telah mencoba mengatasinya dengan cara-cara mereka sendiri. Evers (1994:10) telah menemukan 5 solusi atau jalan keluar yangberbada yang di lakukan oleh para pedagang menghadapi delema tersebut, yaitu:
1.      Imigrasi pedagang minoritas
Kelompok minoritas baru dapat diciptakan melalui migrasi atau dengan etno-genesis, yaitu munculnya identintas etnis baru. Contoh yang menarik dari pemikiran ini adalah “pedagang kredit” yang sebagian berasal dari suku batak dan beragama kristen yang melakukan aktivitas dagangnya di sumatera barat.

2.      Pembentukan kelompok-kelompok etnis atau religius
Munculnya dua komoditas moral yang menekankan pentingnya kerja sama tetapi tidak keluar dari batas-batas moral. Menurut evers (1994:8-9) ada beberapa cara yang di lakukan agar hal ini dapat berlangsung. Satu kemungkinan, misalnya menerima suatu agama baru atau menganut sebuah agama sebgaimana yang di gariskan oleh aturan-aturan yang di tentukan dengan memperlihatkan kegairahan dalam menjalankan aturan-aturan tersebut. Dan kemungkina lain menekankan nilai-nilai budaya hingga batas menentukan identitas etnis milik sendiri. Hal ini berarti terdapat hubungan kerja sama yang saling menguntungkan antara masyarakat pendesaan sumatra barat dan pedagang kredit yang masing-masing memiliki komonitas moral tersendiri, yaitu agama islam dan agama kristen.

3.      Akumulasi status kehormatan (modal budaya)
Kembali kepada studi geerzt. (1963), kedermawan, keterlibatan dalam urusan masyarakat, berziarah, menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh santri memberi dampak kepada akumulasi modal budaya yang dimiliki. Dengan kata lain, peningkatan akumulasi modal budaya berarti peningkatan derajat kepercayaan masyarakat sehingga memudahkan pedagang untuk melakukan aktivitasnya.

4.      Munculnya perdagangan kecil dengan ciri” ada uang ada barang”
Dengan mengambil fenomena pedagang bakul di jawa, Evers melihat bahwa para pedagang bakul kurang di tundukan oleh tekanan solidaritas desa di bandingkan dengan pedagang yang lebih besar dan lebih kaya serta suka pamer. Perdagangan kecil yang diperlihatkan diatas merupakan ciri-ciri standar pada semua masyarakat petani.[54]

5.      Depersonalisasi (ketidakterlekatan) hubungan-hubungan ekonomi
Jika ekonomi pasar berkembang dan hubungan-hubungan ekonomi relatif tidak terlekat atau terdiferensiasi, maka dilema pedagang diteransformasikan kedalam dilema sosial semua pasar ekonomi.[55]


Persoalan moral ekonomi menjadi topik perbincangan yang semakin menarik akhir-akhir ini seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi. Konsep moral ekonomi itu secara khusus menurut mellah dan madsen (1991) dan block (2006) mendefinisikan moral ekonomi pertukaran ekonomi melalui sentimen-sentimen dan norma-norma moral. Terdapat dua alasan mendaar yang menyebabkanisu moral ekonomi menjadi pusat perhatian banyak kalangan.
1.      Berkaitan dengan semakin intensifnya praktik fair trade yang menurut komitmen moral tinggi, baik di kalangan produsen maupun kalangan konsumen.
2.      Praktik kehidupan sehari-hari, tidak terbatas di dunia bisnis, semakin menjauhkan sisi-sisi moralitas dalam kalkulasi ekonomi.
Perspektif ini memegang teguh prinsip ekonomi yang melandasi setiap tindakan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan biaya yang serendah-rendahnya. Persoalan yang menyentuh moral berkaitan dengan tindakan ekonomi yang di ambil menjadi biaya eksternal. Komitmen moral konsumen adalah dalam penggunaan hak-hak konsumen jika terdapat pelanggaran hukum maupun moral yang berkaitan dengan produksi barang.[56]
Persoalan-persoalan moral ekonomiyang sering terjadi di masyarakat yaitu:
1.      Seorang manajer pabrik pokok menghadapi delema moral ekonomi antara menggunakan pilihan mekanisme pabrik sehingga mengakibatkan PHK massal atau tetap menggunakan cara produksi lama dengan risiko keuntungan yang di perolehnya tidak sebesar mengunakan mesin baru.
2.      Seorang manajer pabrik gula menghadapi delema moral antara melaksanakan ritual upacara yang dilakukan sebelum giling tebu pertama kali. Upacara tersebut merupeken tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun dan dalam pelaksanaanya memakan biaya yang besar.
3.      Segala macam bentuk suap, kolusi, korupsi, nepotisme, menipulasi dan berbagai bentuk tindakan penyalahgunaan wewenang lainnya yang dilakukan pejabat berwenang.  Apalagi terjadi di tengah pnderitaan dan kemiskinan masyarakat sekitar dengan tujuan memperkaya diri jelas merupakan persoalan moral selain tentunnya persoalan hukum.
4.      Berbagai bentuk moral hazzard (permanfaatan kesempatan sekecil mungkin untuk tujuan memperkaya diri atau dalam bahasa jawa sering diekspresikan dengan ungkapan) merupakan persoalan moral ekonomi. Sebagai contoh dalam kebijakan pemerintah mengenai pengurangan subsidi BBM akan dilakukan pembedaan harga bensin untuk mobil dan motor.
5.      Pada 1998, sesaat telah terjadinya krisis moneter, banyak masalah sosial baru yang muncul, seperti anak jalanan.[57]


                        MODEL TINDAKAN AKTOR DARI GIDENS
Konsekuensi-Konsekuensi Tindakan Yang Tidak Di Harapkan
 
Kondisi-Kondisi Tindakan Yang Tidak Di Sadari
 
Monitoring Refleksif Tindakan
 
.
















Rasionalisasi Tindakan
 



 




Motivasi Tindakan
 
                                                  


 


Gambar di atas menunjukan pada elemen intensional dari seorang agen yang membentuk arus atau duree kehidupan sehari-hari. Secara intensional, tindakan-tindakan yang berorientasimungkin juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang tidak di harapkan, dan menjadi umpan balik serta kondisi–kondisi yang tidak di sadari bagi tindakan yang akan dilakukan di masa datang. Kesemuanya membatasi dan memaksa suatu tindakan yang akan dilakukan seorang aktor.
Dengan memperbandingkan penemuan dan pendekatan oleh peneliti yang berbeda yaitu moral ekonomi petani dan moral ekonomi pedagang, maka jawaban atas pertanyaan yang di ajukan pada awal tulisan adalah reaksi yang dilakukan oleh pedagang terhadap moral ekonomi. Pada kelompok masyarakat petani, tindakan ekonomi merupakan cerminan langsung dari moral ekonomi sedangkan dari kelompok masyarakat pedagang ia merupakan kombinasi antara moral ekonomi dan kepentingan ekonomi.
Berikut ini ada 3 cara untuk memahami secara singkat perbedaan antara kedua perdekatan.
1.      Hakikat manusia
James scott melihat manusia merupakan makhluk  yang begitu terikat pada moral-moral yang berlaku pada masyarakat, termasuk moral ekonomi. Oleh karena itu ia bagaikan manusia robot yang patuh dan tunduk kepada aturan-aturan sosial budaya yang telah di programkan masyarakat kepadanya.

2.      Dimensi moral
James scott menemukan moral ekonomi dalam kelompok masyarakat petani sebagai sesuatu yang statis. Ia tidak lapuk oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur hubungan sosial yang berkembang.

3.      Tindakan ekonomi
Dari sudut pandang scott, seperti yang telah di jelaskan diatas, tindakan ekonomi merupakan refleksi langsung dari moral ekonomi yaitu manusia bertindak sebatas tidak keluar dari etika subsistensi.

4.      Pendekatan
Pendekatan yang digunakan scott dalam membahas moral ekonomi adalah perspektif aktor lebih tersosialisasi. Aktor sangat taat dan patuh terhadap aturan dari sistem dan norma yang ada. Sedangkan evers dan kolega menggunakan pendekatan sosiologi ekonomi baru dalam membedah moral ekonomi pedagang.[58]





PASAR



A.    Pengertian Pasar
Pasar merupakan suatu lembaga yang sangat penting sekali dan sangat di butuhkan dalam kehidupan berekonomi pasar juga merupakan salah  satu penggerak utama dalam kehidupan perekonomian.[59] Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang- orang dengan imbalan uang.[60]
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pasar adalah bertemunya dua insan antara si penjual dengan si pembeli pada sebuah tempat yang mana di tempat itu terdapat barang- barang yang di perjual belikan. Pasar berfungsi sebagai sumber imformasi bagi konsumen, Produsen, Bahkan juga pemerintah. Di samping itu, pasar mempunyai berbagai bentuk atau struktur yang mempunyai hukumnya sendiri- sendiri, sehingga berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya harga yang akan terjadi.[61]
Pasar Menurut Luas Jangkauan
Pasar Daerah                                       
Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.

Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.

Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

Pasar Menurut Wujud
Pasar menurut wujud terdiri dari dua bagian, yaitu Pasar Konkrit dan Pasar Abstrak.

Pasar Konkret
Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko dan lain-lain. Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah dibedakan. contohnya adalah: bursa komoditi, bursa saham dan sebagainya.

Pasar Abstrak
Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon dan lain-lain. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi dan lain-lain. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus.[62]

Pasar Menurut Barang yang Diperjualbelikan                                                    
Pasar Barang Konsumsi
Pasar barang konsumsi adalah pasar yang menjual barang-barang yang dapat langsung dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Misalnya, pasar yang memperjualbelikan beras, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, alat-alat rumah tangga, pakaian, dan lain sebagainya.

Pasar Barang Produksi
Pasar barang produksi adalah pasar yang memperjualbelikan faktor-faktor produksi. Dalam pasar ini diperjualbelikan sumber daya produksi. Misalnya, pasar mesin-mesin, pasar tenaga kerja, dan pasar uang.

Pasar Menurut Organisasinya
Pasar Persaingan Sempurna
Dalam pasar persaingan sempurna terdapat banyak penjual atau pembeli yang sama-sama telah mengetahui keadaan pasar. Barang yang diprjualbelikan dalam pasar persaingan sempurna homogen (sejenis). Selain itu, baik penjual ataupun pembeli tidak bebas menentukan harga, karena harga ditentukan oleh kekuatan pasar.

Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Dalam pasar persaingan tidak sempurna, para penjual maupun pembeli mempunyai kebebasan dalam menentukan harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan. Dalam hal ini berarti pembeli dan penjual dapat memengaruhi harga. Jenis dan kualitas barang yang diperdagangkan pada pasar ini bersifat heterogen. Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

Pasar monopoli dan monopsoni
Pasar monopoli adalah pasar yang hanya terdapat satu penjual untuk suatu jenis barang tertentu. Pasar monopsoni adalah pasar yang dikuasai oleh seorang pembeli untuk suatu jenis barang dan jasa,dan juga bersifat mendunia.

Pasar persaingan monopolistis
Dalam pasar ini terdapat banyak penjual dan pembeli. Penjual bisa melakukan monopoli karena keistimewaan produk masing-masing. Pembeli bebas menentukan pilihannya dalam berbelanja. Jadi, pasar ini ada unsur persaingan dan monopoli.

Pasar oligoponi dan oligopsoni
Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya ada beberapa penjual. Istilah beberapa penjual iniumlah penjual tidak terlalu banyak sehingga pengaruh penjual sangat kecil, dan tidak ada penjual yang berkuasa segala-galanya. Adapun Oligopsoni merupakan jenis pasar yang hanya ada beberapa pembeli.[63]

Pasar Menurut Waktu Penyelenggaraan
Pasar Harian
Pasar harian adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan tiap hari. Pasar harian ini umumnya terdapat di desa dan kota.

Pasar Mingguan
Pasar mingguan adalah pasar yang kegiatan jual belinya hanya satu kali dalam seminggu. Pasar mingguan ini terdapat di daerah-daerah pedesaan.

Pasar Bulanan
Pasar bulanan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan setiap sebulan sekali.

Pasar Tahunan        
Pasar tahunan adalah pasar yang kegiatan jual belinya dilakukan setiap setahun sekali.

Pasar Temporer
Pasar temporer adalah pasar yang diselenggarakan organisasi/instansi pada acara tertentu, atau diadakannya hanya sewaktu-waktu (tidak tetap). Berikut ini ada beberapa aspek yang terjadi dalam pasar seperti :

Fenomena pasar
Fenomena pasar mencakup hampir semua fenomena yang terjadi di dalam fenomena ekonomi. Fenomena-fenomena tersebut yang dimaksud adalah:pasar, lokasi, waktu, institusi, proses.aktor pasar ; pedagang, pembeli, proses, konsumen,pekerja, pengusaha pedagang.pasar tenaga kerjpasar uang ;pasar modal, perbankan, koperasi, penggadaian, pelepas uang,dll.pasar barang atau konsumenpasar industry, pasar retil, ekonomi pasar, budaya pasar, transformasi pasar, wirausaha.[64]

Siapa yang mengatur pasar
Menurut Polanyi(1957:68), merupakan suatu sistem ekonomi yang di kontrol atau diatur dan di arahkan oleh pasar itu sendiri. Jadi, yang mengatur pasar adalah pasar itu sendiri, sehingga peraturan dalam produksi dan distribusi barang dipercayakan kepada mekanisme mengatur diri sendiri (self regulating mechanism.Dalam the protestant ethics and the spirit of capitalism,Weber menjelaskan bahwa dalam setiap masyarakat, tindakan ekonomi adalah suatu produk personal ,etika, dan pertimbangan sosial.[65]

Beberapa Pendekatan Sosiologis Terhadap Pasar    
Sebelumnya telah dibincangkan mengenai keterlibatan masyarakat dalam pasar, untuk itu soiologi sebagai ilmu yang objek kajiannya adalah masyarakat dan segala unsur kehidupan yang terkait di dalamnya memberikan kontribusi pendekatan dalam memahami pasar. Yang mana diantara beberapa pendekatan tersebut sifatnya komplementer.

Pendekatan Jaringan Sosial
pendekatan jaringan sosial melihat pasar sebagai suatu sruktur hubungana antara beberapa aktor pasar seperti perusahaan, pesaing, pemasok (rekanan) distributor,pelanggan, pembeli dan setarusnya. aktor-aktor tersebut membentuk suatu kompleksitas jaringan hubungan yang melibatkan modal budaya.

Pendekatan Sistem Sosial.
Pendekatan sistem sosial melihat pasar sebagai suatu sub- sistem dari sistem ekonomi. sedangkan sistem sosial itu sendiri dilihat sebagai sistem sosial. Dalam hal ini pasar sebagai subsistem ekonomi yang nantinya akan berimbas pada permasalahan sistem sosial memiliki beberapa fungsi yang diantaranya adalah fungsi adaptasi dalam hal kapitalisasi dan investasi
1.      Pendekatan permainan
Pendekatan ini menekankan kita untuk bagaimana harus bertindak rasionala dan dan sesuai dengan strategi permainan, atau dengan kata lain bahwasanya harus adanya formulasi atau kombinasi antara logika dengan realita pasar yang terjadi (trust masyarakat konsumen).
Pada dasarnya pendekatan ini dibagi menjdi dua yakni Zero-sum game yang ditandai oleh pemenang memperoleh semua, yang mana disini terjadi ketidak transparansian antara kedua belah pihak sehingga terjadi sebentuk kompetisi untuk menjadi pemenang.
Berbeda halnya dengan pendekatan permainan yang kedua yakni Non-zero-sum game yang memberikan ruang untuk terjadinya ketransparansian sehingga akan menimbulkan sebentuk kerjasama atas dasar trust yang mana antara kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan.

2.      Pendekatan konflik
Pendekatan ini lebih melihat pasar sebagai arena konflik, sehingga setiap aktifitas alam pasar mengandung konflik dikarenakan kelangkaan barang dan jasa sehingga aktifitas produksi, distribusi, dan konsumsi menjadi fenomena yang diselimuti konflik.
a.      Pembeli
          Di dalam teori ekonomi keberadaan budaya dan hubungan   sosial dari pembeli-jual penjual-dapat diabaikan. Para ekonom mengasumsikan bahwa aktor ekonomi (pembeli dan penjual) bertindak untuk mencapai kepentingan pribadinya sendiri, dalam isolasi dari setiap faktor-faktor budaya dan hubungan sosial yang ada.
Menurut Adam Smith ([1776] 1976:17) jelas bahwa orang mempunyai kecenderungan untuk memindahkan, menukar, dan memperjual belikan suatu barang pada orang lain. Dengan cara pandang demikian, maka kita dapat mengklasifikasikan atas beberapa tipe yaitu:
1)      Pengunjung, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar tampa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang dan jasa.
2)      Pembeli, yaitu mereka yang datang kelokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa , tetapi tidak mempunyai tujuan kemana akan membeli.
3)      Pelanggan, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud membeli barang atau jasa dan mempunyai arah tujuan yang pastidi mana akan membeli.

b.      Pedagang
          Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Pedagang di bedakan menurut jalur distribusi yang di lakukan yaitu :
1)      Pedagang distributor (tuggal) yaitu pedagang yang memegang hak distribusi dari satu produk dari perusahaan tertentu.
2)      Pedagang (partai) besar  yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang di maksudkan untuk menjual kepada orang lain.
3)      Pedagang enceran  yaitu pedagang yang menjual produk langsung kepada konsumen.
Sedangkan menurut sosiologi ekonomi yang di lakukan seperti Geertz (1963), Mai dan Buchholt (1987) dll dapat di simpulkan, bahwa pedagang di bagi atas :
1)      Pedagang professional  yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber utama dan satu -satunya bagi ekonomi keluarga.
2)      Pedagang semi professional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil berdagang merupakan tambahan bagi ekonomi keluarga.
3)      Pedagang subsitensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.
4)      Pedagang semu  orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

c.       Tempat dan waktu pasar
           Aspek ruang dan waktu merupakan dua hal yang tak kalah penting dan menariknya dalam dunia pasar, karena didalamnya tercakup mengenai pemanfaatan, penggunaan, atau permainan terhadap aspek waktu dan ruang. Penggunaan dari aspek ruang dan waktu lebih terkait dengan dimensi fungsional dari pasar itu sendiri dan sedangkan mengenai permainan aspek ruang dan waktu merujuk kepada dimensi persaingan dari pasar itu sendiri.
1)      Penggunaan dan pemanfaatan aspek ruang
 Pemanfaatan dan penggunaan aspek ruang bagi seorang aktor ekonomi terutama di tujukan kepada fungsi ekonominya , di samping itu juga dapat di selimuti oleh kombinasi aspek lain seperti: politik, sosial , budaya .
2)      Permainan aspek ruang
 Untuk mendapat ruang pasar yang strategis para aktor ekonomi merujuk pada leyask dari ruang yang akan di jadikan tempat kegiatan ekonomi, adapun tempat yang di anggap strategis yaitu:
a)      Jalur kendaraan
Tempat tersebut harus berdekatan dengan jalur lalu lintas kendaraan .
b)      Daerah penghasil
Pasar dapat tumbuh jika pada lokasi tersebut harus berdekatan denagan sersuatu yang di butuhkan oleh masyarakat seperti: makanan, perlengkapan rumah tangga, dan perlengkapan lainnya.
c)      Daerah pemukiman
Tempat harus dekat dari pemukiman penduduk.


3)   Penggunaan dan pemanfaatan aspek waktu
Untuk menumbuhkan minat pembeli , para aktor ekonomi mengurangi harga jual suatu barang tersebut misalnya pada waktu lebaran dan tahun baru.
4)      Permainan aspek waktu
Permasalahan yang menarik bagi sosiologi ekonomi adalah, bagaimana jika suatu ketika permintaan melonjak drastis?.Bagi ekonomi akan menjawab secara mudah yaitu apabila permintaan naik sedangkan penawaran tetap maka harga akan naik. Hal yang menarik bagi sosiologi ekonomi bukan bagaimana naiknya permintaan tapi bagaimana munculnya keadaan penawaran tetap pada saat permintaan naik. Keadaan tersebut bisa muncul karena tercipta secara alami dan di ciptakan.

d.      Strategi tawar menawar
Dalam dunia pasar ada beberapa strategi yang yang bisa dijadikan acuan dalam berbelanja untuk mendapatkan harga yang lebih murah yakni :
1)      Mencari cacat atau keganjilan yang terdapat pada barang yang akan dibeli.
2)      Membuat perbandingan dengan barang yang sama yang pernah dibeli atau ditawarkan ditempat lain.
3)      Tidak berkata-kata dan diam sampai penjual berubah fikiran.
4)      Katakan mahal dengan membandingkan tempat dan kondisi barang dijual.
5)      Gigih dalam menawar sampai pedagang terpengaruh untuk merubah harga.

B.     Pentingnya Pasar sebagai Konstitusi Ekonomi
1.      Pengertian Institusi
Kata institusi sering diterjemahkan sebagai organisasi. Namun demikian, dalam literatur New Institutional Economics, institusi didefinisikan sebagai aturan main  di dalam masyarakat, atau lebih formalnya adalah suatu alat yang digunakan manusia sebagai batasan dalam berinteraksi antar sesama manusia. Sedangkan menurut Burki dan Perry (1998) yang mendefinisikan organisasi sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Institusi menjadi penting bagi pembangunan ketika banyak pihak berinteraksi (bertransaksi) dalam memainkan perannya masing-masing. . Institusi hadir untuk mengurangi ketidakpastian dalam pertukaran (transaksi) tersebut dan bersama dengan penggunaan teknologi, institusi akan menentukan biaya transaksi (North, 1995;18). Institusi yang baik akan mendorong transaksi dilakukan dengan efektif dan efisien sehingga mampu mengurangi biaya transaksi dengan memperbaiki akses dan kualitas informasi dan mendorong tegaknya aturan. Di dalam masyarakat peranan institusi adalah mengurangi ketidakpastian dengan cara membentuk struktur interaksi masyarakat yang stabil.
Institusi dikatakan efisien jika biaya transaksi rendah, adanya kepastian aturan main (certainty) dan hubungan yang sepadan antara principal dan agent (equal relationship). Institusi dapat dikatakan efektif apabila dapat menginvestasikan keterampilan dan ilmu pengetahuan dengan tujuan efisiensi biaya dalam rangka meningkatkan produktivitas. pasar merupakan ide dasar Adam Smith, merupakan institusi ekonomi tertua. Pasar yang sehat akan mendorong orang untuk melakukan investasi, inovasi, dan turut dalam kegiatan ekonomi. Adalah Douglass North, pemenang Nobel Ekonomi 1993, yang mempelopori perhatian terhadap pentingnya pembangunan institusi.
Peranan Institusi dalam Perekonomian
Peranan institusi dalam perekonomian suatu negara (bangsa) telah dibuktikan dengan berbagai studi empiris. Institusi (baik itu institusi formal maupun informal) bisa berperan dalam perekonomian melalui berbagai cara seperti melalui pengaruhnya terhadap sektor keuangan, praktek penyelenggaraan pemerintahan, pengentasan kemiskinan, hingga pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, Jaya (2004) meneliti tentang permasalahan institusional seiring adanya perubahan institusional, yaitu penerapan otonomi daerah di Indonesia.
Manfaat Institusi dalam perekonomian
1.      Institusi Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
2.      Institusi Meningkatkan Pembangunan Sektor Finansial
dan Pertumbuhan Ekonomi
3.      Institusi, ketidakmerataan dan kemiskinan





KONSUMSI DAN GAYA HIDUP


A.    Konsumsi dan Gaya Hidup
Dalam sosiologi, konsumsi tidak hanya dipandang bukan sekedar pemenuh kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek social budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Menurut ekonom, selera sebagai suatau yang stabil, difokuskan pada nilai guna., dibentuk secara individu, dan dipandang sebagai suatau yang eksogen. Sedangkan menurut sosiolog, selera sebagai suatau yang dapat berubah, difokuskan pada suatu kualitas simbolik suatau barang, dan tergantung persepsi selera orang lainn.
Weber (1922 1978) berpendapat bahwa selera merupakan pengikat kelompok dalam (ingroup). Actor-aktor kolektif berkompetisi dalam penggunaan barang-barang simbolik. Keberhasilan dalam berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber budaya, sehingga akan meningkatkan prestis dan solidaritas kelompok dalam.
Sedangkan Veblen (1899-1973) memandang selera sebagai senjata untuk berkompetisi. Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi. Antara seorang dengan orang lain. Hal ini tercermin dalam masyarakat modern yang menganggap selera orang dalam mengkonsumsi suatu barang akan dapat melihat selera dasar dan penghargaan yang didapat [66].
Konsumsi dapat dipandang sebagai bentuk identitas. Barang-barang simbolik juga dapat menunjukkan kelompok pergaulannya. Simmel (1907-1978) mengatakan bahwa ego akan runtuh dalam kehilangan dimensinya jika ia tidak dikelilingi oleh objek eksternal yang menajdi ekspresi dari kecenderungannya, kekuatannya dan cara individualnya karena mereka mematuhinya, atau dengan kata lain miliknya. Sebagai contoh, seorang pejabat yang meletakkan ensiklopedi dalam rak ruang tamu atau kantornya yang menandakan bahwa ia mampu membeli barang yang harganya relative mahal tersebut. Walau sebenarnya tidak pernah ia baca, sehingga dapat dikatakan hanya sebagai pajangan semata.
Menurut sistem Ekonomi Konsumsi berasal dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung[67]
Menurut Baudrillard,Konsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan,satu fungsi indifidual,pembebasan kebutuhan,pemuasan diri,kekayaan atau konsumsi objek.Namun konsumsi adalah suatu struktur yang bersifat external dan bersifat memaksa individu [68]
Istilah gaya hidup’(Lifestayle) Memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas yakni hanya dapat dilihat atau merujuk kepada gaya hidup khas dari suatu kelompok tertentu saja[69]. Adapun komponen komponen gaya hidup yang bisa kita amati diantaranya adalah dari sifat indifidualistik,dari gaya berbusana,gaya bertutur kata,pilihan makanan dan minuman,rumah,kendaraan dan lain-lain.dari berbagai komponen ditersebut kita dapat melihat  berbagai aspek yang dapat menunjang kita untuk menentukan gaya hidup seseorang.[70]Sedangkan Menurut pandangan islam gaya hidup yang paling sesuai adalah gaya hidup sederhana gaya hidup ini melarang sikap arogansi,kemegahan,kecongkakan dan kerendahan moral.[71]

B.     Hubungan Konsumsi dan Gaya Hidup
Hubungan antara gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat ialah, setiap pemilihan gaya hidup akan mempengaruhi pola konsumsi pada masyarakat. Gaya hidup ialah  istilah untuk menggambarkan cara hidup seseorang (Alfred Adler,1929). Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekarjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatan (Bilson Simamora,2002).[72]
Webber (1922-1978) mengatakan bahwa konsumsi terhadap suatu barang merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu. Konsumsi terhadap barang merupakan landasan bagi penjenjangan dari kelompok status. Sehingga situasi kelas ditentukan oleh ekonomi sedang situasi status ditentukan oleh penghargaan social. Misalnya, pada masyarakat pedesaan, status guru dan pedagang lebih tinggi guru walaupun pendapatannya lebih besar pedagang. Hal ini dikarenakan guru mempunyai peluang yang besar untuk mencari peluang tambahan. Sebagai contoh bekerja sampingan sebagai pedagang. Guru akan lebih berhasil dari pada pedagan tulen karena masyarakat menganggap guru adalah orang yang berpendidikan dan tidak mungkin berbuat curang. Sehingga orang akan cenderung berbelanja pada guru. Atau pada masyarakat perkotaan, para pengusaha berhak mendapat gelar bangsawan karena dia mampu memberi suatu sumbangan pada keraton. Walau ada pihak yang lebih berhak mendapat gelar tersebut.
Sedang menurut vablen (1899-1973), penghargaan social terhadap masyarakat luas terletak pada keperkasaan, misalnya perang. Sedang pada masyarakat industry terletak pada kepemilikan kesejahteraan seseorang. Juga pada konsumsi yang dilakukan sebagai indikator dari gaya hidup kelompok status.
Han peter Mueller (1989), mengatakan ada 4 pendekatan dalam memahami gaya hidup :
1.      Pendekatan psikolog perkembangan : tindakan seseorang tidak hanya disebabkan oleh teknik, ekonomi dan politik, tetapi juga dikarenakan perubahan nilai.
2.      Pendekatan kuantitatif social struktur : mengukur gaya hidup berdasarkan konsumsi yang dilakukan seseorang. Pendekatan ini menggunakan sederet daftar konsumsi yang mempunyai skala nilai.
3.      Pendekatan kualitatif dunia kehidupan : memandang gaya hidup sebagai lingkungan pergaulan.
4.      Pendekatan kelas : mempunyai pandangan bahwa gaya hidup merupakan rasa budaya yang direprodiksi bagi kepentingan struktur kelas.[73]

C.    Gaya Hidup dan Kelas Menengah Indonesia
Kelas menengah di Indonesia banyak dibicarakan karena dianggap sebagai agen penggerak kedinamisan masyarakat atau secara pendekatan konflik, kelas menengah adalah pendobrak kemapanan (politik dan ekonomi).
·         Aliran pemikiran
Dalam masyarakat, aliran pemikiran dikelompokkan dalam dua kutub, yakni arus pemikiran abangan dan arus pemikiran santri. Kedua arus pemikiran ini dapat ditaraik sebagai suatu gais kontinum, dimana pada satu sudut merupakan sumber arus pemikiran abangan sedangkan sudut lain merupakan sumber pemikiran santri.
Arus pemikiran abang                                       Arus Pemikiran Santri
Perbedaan antara kedua arus tersebut berakar pada penghayatan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam agama serta pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam pemikiran santri, cara berbusana harus berdasarkan ketentuan agama, yakni menutup aurat. Tapi dalam pemikiran abanangan, boleh memakai rok mini karena dalam etika yang mereka anut tidak melarang hal demikian. Perbedaan yang demikian juga menorah pada kanvas sejarah politik Indonesia, yakni ketika pada orde lama terdapat partai Masyumi sebagai pemikiran santri dan Partai Nasional Indonesia sebagai arus pemikiran abangan.[74]

·         Heterogenitas Kelas Menengah Atas
Dua arus pemikiran yang memberi warna pada kanvas kelas atas masyarakat Indonesia juga turut memberikan warna pada kanvas kelas menengah Indonesia. Dengan dasar pemikiran tersebut, kita dapat mengklasifikasikan kelas menengah Indonesia atas : (1) kelas menengah abangan; (2) kelas menengah santri.



kelas atas


 
kelas menengah
kelas bawah

Dengan demikian setiap lapisan kelas mempunyai arus pemikiran yang berbeda. Inilah penyebab mengapa kelas menengah Indonesia tidak mampu menjadi agen pembaharu. Struktur kelas Indonesia terpotong oleh nilai-nilai yang diwarisi secara sejarah semenjak sebelum pergerakan kemerdekaan. Dalam persaingan untuk memperebutkan dan memperjuangkan kepentingan maka arus pemikiran yang ada dapat mengkristal menjadi kelompok-kelompok strategis.
Kelas menengah abangan diperkirakan lahir pada dekade 1970-an. Kemunculan kelas menengah abangan dirangsang oleh menguatnya arus ekonomi Jepang ke Indonesia dan kemapanan kekuasaan (politik dan ekonomi pada kelompok tertentu). Hal ini ditandai dengan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang digerakan oleh mahasiswa terutama Universitas Indonesia, yang diarahkan pada dominasi ekonomi Jepang pada perekonomian Indonesia dengan perusakan sesuatu yang berhubungan dengan Jepang, misalnya pembakaran mobil-mobil buatan Jepang.
Sedangkan kelas menengah santri diperkirakan lahir satu dekade setelah kelahiran kelas menengah abangan yaitu sekitar 1980-an. Kelahirannya ditandai dengan kemunculan studi-studi keagamaan di kampus-kampus elit di Indonesia. Kemunculan studi keagamaan tersebut merupakan reaksi terhadap ketidak mampuan gaya hidup “modern” untuk mengakomodasikan permasalahan kehidupan masyarakat seperti hak-hak asasi manusia, bank penyelamat semu keuangan, dan seterusnya. Perbedaan keduanya adalah demonstrasi disertai perusakan oleh kelas menengah abangan dan demonstrasi damai oleh kelas menengah santri.

·         Gaya Hidup Kelas Menengah Indonesia
Kelas menengah abangan mengikuti arus perkembangan gaya hidup yang ditawarkan melalui proses globalisasi, yaitu gaya hidup barat (Gerke, 1994). Mereka mengikuti perkembangan mode yang ditawarkan oleh perusahaan garmen internasional seperti kaos berlengan buatan Hammer atau Benelton, menikmati fast-food, misalnya seperti di restoran Mc Donald, di Pizza Hut, dan di Burger King.
Sedangkan kelas menengah santri mengikuti arus perkembangan gaya hidup yang mereka ciptakan sendiri yang dilandaskan pada nila-nilai keagamaan yang mereka anut. Mereka mengikuti perkembangan jilbab yang ditawarkan oleh Ida Royani atau rumah mode Ummi Collection, mengadakan liburan dengan melakukan kegiatan umrah ke Mekkah atau kegiatan shalat tarawih di Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawiah di Madinah, serta memakan makanan yang berlabel halal misal di restoran padang atau masakan nasional lainnya.
Jika kelas menengah abangan lebih suka meramaikan pasar swalayan dan menonton bioskop maka kelas menengah santri lebih suka menghadiri pengajian agama dari rumah ke rumah atau di masjid. Jika kelas menengah abangan lebih suka menikmati bunga yang ditamankan pada bank umum maka kelas menengah santri lebih suka menikmati hasil kerja sama dengan bank Islam, meskipun hasil yang diperoleh lebih kecil dari bunga yang didapat jika ditabung pada bank-bank umum.

·         Konsumsi Simbolik
Tidak semua anggota kelas menengah mampu mengkonsumsi barang-barang simbol kelas menengah secara nyata. Dengan kata lain mereka mengkonsumsi barang-barang simbol kelas menengah secara tidak langsung pada barang yang dimaksud tetapi melalui makna dari barang yang disimbolkan. Contohnya konsumsi simbol yang dilakukan kelas menengah abangan, orang-orang muda mengabiskan waktunya untuk duduk sambil makan di Mc Donalds atau Burger King. Dirumah mereka berjejer miniatur patung Liberty, Merlion yang semuanya menunjuk pada suatu tempat yang jauh dimana banyak orang yang ingin datang ke sana.[75]
Hal yang sama juga dialami oleh kelas menengah santri, misalnya dalam rumah mereka pada ruang tamunya ditempel gambar Ka’bah atau Masjid Nabawiah Madinah walaupun mereka belum pernah berkunjung ke sana. Atau mereka memakai songkok putih yang lazim dipakai oleh para haji Indonesia sebagai pengenal telah menunaikan ibadah haji ke Mekkah, padahal mereka belum pernah melakukannya di sana.

·         Dampak Ekonomi dari Gaya Hidup
Produsen yang berhasil adalah produsen yang mengetahui dan mengikuti perkembangan selera dari konsumen. Perkembangan kelas menengah santri telah pula menyebabkan menjamurnya rumah-rumah mode yang khusus memperlihatkan busana muslim dan muslimah seperti Ida Royani serta menjamurnya jumlah penerbit seperti “Gema Insani Press” dan “ Salahuddin”. Konsekuensinya dari hal tersebut adalah berkembangnya toko-toko yang khusus menjual produk-produk yang berhubungan dengan (simbol-simbol) keagamaan. Selain itu, munculnya tawaran-tawaran baru berumrah ke Mekkah atau berziarah ke tempat yang ada hubungannya dengan sejarah Islam. Semua itu dapat dipandang sebagai dampak ekonomi dari perkembangan gaya hidup dari kelas menengah santri Indonesia.
Sedangkan dampak ekonomi dari perkembangan gaya hidup dari kelas menengah abangan adalah muncul dan membesarnya kelompok perusahaan pasar swalayan seperti Matahari, Borobudur dan lainnya, dimana tidak hanya menjual barang-barang yang diproduksi untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga menyajikan barang yang berkualitas ekspor. Kemudian banyak muncul bioskop twenty-one, pesatnya perkembangan media massa yang melakukan spesialisasi dan ekspansi pasar seperti Gramedia. Lajunya pertumbuhan dan perkembangan bank-bank swasta seperti BCA dan Danamon. Suburnya pertumbuhan pusat-pusat “kesegaran jasmani” yang menawarkan sejumlah aktivitas fisik yang dapat mempercantik dan memperindah tubuh seperti senam dengan berbagai macam jenisnya mulai dari tradisional sampai modern. Gerakan mempercantik tubuh ini berkembang seiring dengan arus informasi yang digulirkan lewat media komunikasi yang berskala internasional dan nasional, dimana menggiring peminatnya pada suatu opini tentang apa itu cantik, indah, molek, anggun dan lainnya.





EKONOMI FORMAL DAN INFORMAL


A.    Pengertian Ekonomi Formal dan Informal
Istilah sector informal itu pertama kali diperkenalkan oleh Keith Hart melalui penelitiannya di Ghana, Afrika. Istilah ini kemudian diterapkan dan dilakukan penelitian secara mendalam sejumlah kota di Negara-negara sedang berkembang termasuk Jakarta 1972. Lewat tulisan yang berjudul Informal Income Oppurnuties and Urban Inflyment In Ghana, ia membagi pekerjaan berdasarkan sektoralnya, yaitu pekerjaan formal dan informal. Sector formal merupakan sector yang pekerjaan di dalamnya menuntut tingkat keterampilan yang tinggi, yang biasanya hal ini sulit dipenuhi oleh para pendatang dari daerah pedesaan.
Eksistensi jenis aktifitas ekonomi ini diketahui oleh para peneliti social pada akhir abad 19, dan term sector informal masuk dalam pembendaharaan ilmu social pada decade 1960-an. Terkadang istialah ini dikenal sebagai black economy, shadow economy, ataupun cash economy.
Istilah black economy sering  menunjuk pada ekonomi nonpasar yang berkonotasi negative, yaitu segala bentuk aktifitas ekonomi illegal yang melanggar undang-undang, seperti makelar tiket kereta api atau bentuk-bentuk perdaangan gelap (black market). Istilah lain yang seting dipakai untuk menunjuk sector informal ini antara lain shadow economy, underground economy, undercover economy dan hidden economy. Istialah shadow economy atau economy baying-bayang menunjuk pada fenomena sector informal yang tidak mengikuti aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah. Keberadaan sering dipandang “ antara ada dan tiada ‘’, dalam system administrasi pemerintah, jelas keberadaan sector ini tidak tercatat, tetapi realitasnya justru sector inilah yang berfungsi sebagai penumpang ketika ekonomi sedang menunjuk titik nadir. Produksi dan jasa yang dihasilkan hanya mampu memenuhi kebutuhan prilaku sector informal dalam batas yang minimal. Artinya, hamper tidak ada kelebihan keuntungan yang dapat diakumulasi sebagai pembentukan modal baru.
Di Indonesia, menurut Hidayat (1987), sudah ada kesepakatan tentang sebelas cirri pokok sector informal, yaitu :
1.      Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sector formal.
2.      Pada umumnya, unit usaha tidak mempunyai unit usaha.
3.      Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
4.      Pada umumnya, kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi tidak sampai ke pedagang kaki lima.
5.      Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor.
6.      Teknologi yang digunakan bersifat primatif.
7.      Modal dan perputaran usaha relative kecil sehingga skala operasi juga relative kecil.
8.      Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh pengalaman sambil kerja.
9.      Pada umumnya, unit usaha termasuk golongan one-man enterprise dan kalau memperkerjakan buruh berasal dari keluarga.
10.  Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak sah.
11.  Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan manyarakat desa kota berpenghasilan rendah kadang-kadang juga berpenghasilan menengah.

Perbedaan Karakteristik Sector Informal dan Sector Formal
Karakteristik
Informal
Formal
Modal
Sukar diperoleh
Relative mudah diperoleh
Teknologi
Padat karya
Padat modal
Organisasai
Menyerupai organisasi keluarga
Birokrasi
Permodalan
Dari lembaga keuangan tidak resmi
Dari lembaga keuangan resmi
Serikat buruh bantuan Negara
Tidak berperan tidak ad
Sangat berperan
Hubungan dengan desa
Saling menguntungkan
one-way-traffic” untuk kepentingan sector formal
Sifat wiraswasta
Berdikari
Sangat tergantung pada perlindungan pemerintah atau impor
Persediaan baran
Jumlah kecil, kualitas rendah
Jumlah besar, kualitas baik
Hubungan kerja dengan majikan
Berdasarkan asas saling percaya
Berdasarkan kontrak kerja[76]

Ekonomi informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu yang dicirikan dengan :
1.      Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal dan organisasi
2.      Perusahaan milik Negara
3.      Beroperasi pada skala kecil
4.      Intensif tenaga kerja dalam produksidan menggunakan teknologi sederhana
5.      Pasar yang tidak teratur dan kompetitif
Karakteristik negative dan sector informal tersebut telah banyak mendapat tantangan dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang ini. Menurut Hernando De Soto dalam the other path informalitas merupakan respon masyarakat terhadap Negara merkantalis yang kaku. Oleh karena itu, tidak seperti gambaran ILO yang melihatnya sebagai mekanisme kelangsungan hidup dalam merespon ketidakcukupan lapangan pekerjaan modern, melainkan sebagai serbuan kekuatan pasar nyata dalam suatu ekonomi yang dikekang oleh regulasi (pengaturan) Negara.
Produksi subsistensi terdapat pada semua masyarakat dengan tingkat dan derajat yang berbeda. Semakin berkembang industrilisasi semakin sedikit jenis aktifitas dan jumlah waktu yang dikeluarkan rumah tangga yang melakukan produksi subsistensi.
a.      Sector Informal
Kegiatan ekonomi terdapat bagian yang telah dimasuki oleh aktifitas sector informal mulai dari produksi makanan sampai produksi obat-obatan, mulai dari jasa hiburan sampai kepada jasa keamanan, mulai dari pedagang loak sampai kepada pedagang emas, mulai dari tukang semer sepatu sampai kepada pembuat sepatu, dan seterusnya. Menjamurnya aktifitas ekonomi sector informal tersebut dipandang sebagai suatu kegiatan yang mudah untuk masuk ke dalamnya.
b.      Sector Informal Bayangan
Sector ini pada dasarnya merupakan sector formal,tetapi untuk peningkatan fleksibilitas managerial dan pengurangan biaya tenaga kerja mereka melakukan subkontraktor kepada wiraswasta informal atau penggajian yang dicatat dalam pembukuan yang tidak resmi sehinga aktifitas mereka sebenarnya-seperti jumlah produk yang dihasilkan dan karyawan yang dipekerjakan-tidak terjangkau oleh tangan aparat pajak atau tidak terekam dalam data statistic pemerintah.[77]
c.       Sektor Usaha Formal Dalam Perekonomian Indonesia
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Sebagai  realisasi dari pasal 33  ayat 2  dan 3 UUD 1945 maka didirikanlah Badan  Usaha  Milik  Negara  (BUMN).  BUMN  adalah  bada  usaha  yang modalnya sebagian besar/seluruhnya milik pemerintah/negara. Badan usaha milik  pemerintah  pusat  disebut  BUMN,sedangkan  badan  usaha  yang modalnya  milik  pemerintah  daerah  disebut  BUMD(Badan  Usaha  Milik
Daerah).BUMN dan BUMD didirikan utuk melayani kepentingan umum dan mencari keuntungan dalam ranka mengisi kas negara.Berdasarkan  UU  RI  No  9  tahun  1969  perusahaan  negara  digolongkan menjadi 3 jenis yaitu :
a.      Perusahaan Jawatan (PERJAN)
Merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang jasa. Tujuanya untuk melayani  kepentingan  umum/masyarakat  luas  (PUBLIC SERVICE). Merupakan  bagian  dari  suatu  departemen  pemerintah  yang  di  pimpin  oleh seorang kepala yang bersesatus pegawai negeri sipil.
Ciri-ciri PERJAN:
1.      Bertujuan untuk melayani masyarakat
2.      Pimpinan dan karyawan bersetatus sipil
3.      Merupakan bagian dari departemen pemerintah
4.      Memperoleh fasilitas Negara
5.      Dipimpin oleh  seorang  kepala  yang  bertanggung  jawab  langsung kepada atasannya dalam hal  ini kepala menteri/dirjen departem yang bersangkutan
Contoh PERJAN:
Perusahaan jawatan kereta api dan jawatan penggadaianSejak  tahun  1991,  perusahaan  berubah  status  menjadi  perusahaan  umum, PJKA  menjadi  perumka  dan  perusahaan  jawatan  penggadaian  berubah menjadi perum penggadaian.
b.       Perusahaan umum (PERUM)
Perum  merupakan  perusahaan  milik  negara  yang  tujuannya  disamping melayani kepentingan umum juga diperbolehkan mencaei keuntungan.
Ciri-ciri PERUM:
Bertujuan:
1.      melayani  kepentingan  umum,  tapi  diperbolehkan  untuk mencari laba dengan prinsip kerja efisien dan efekifitas
2.      Bersetatus badan hukum yang diatur berdasarkan UU
3.      Bergerak di bidang usaha yang vital
4.      Berada di bawah pimpinan dewan direksi
5.      Pimpinan dan karyawan bersetatus pegawai negeri
6.      Mempuya nama dan kekayaan sendiri yang di pisahkan dari kekayaan Negara
7.      Laporan Diatur secara perdata tahunan  perusahaan  yang  terdiri  dari  laporan  rugi/laba, neraca dan laporan perubahan modal disampaikan oleh pemerintah
Contoh PERUM:
1.      Perusahaan umum kereta api
2.      PERUM Dinas angkutan motor republik Indonesia
3.      PERUM Pengadilan
4.      PERUM Perumahan umum Nasional

c.       Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Perusahaan  perseroan  merupakan  perusahaan  Negara  yang  biasanya berbentuk  PT  (Perseroan  Terbatas).  Bertujuan  untuk mencari laba/keuntungan. 
Ciri-ciri PT:
1.      Tujuannya lebih besar (dominan) untuk mencari laba
2.       Biasanya berbentuk PT
3.       SebagianØ  besar  seluruh  modalnya  milik  pemerintah  dalam  bentuk              saham-saham, tapi memungkinkan  kerja  sama  pemilikan modal dengan pihak lain
4.       Pemerintah sebagai pemegang saham terbesar (minimal 51%)
5.       Tidak dapat fasilitas negara secara khusus
6.       Dipimpin dewan direksi
7.       Pimpinan dan karyawan bersetatus sebagai pegawai swasta
Contoh perusahaan yang berbentuk PT:
1.       PT Pos Indonesia
2.       PT Pelni
3.      PT Perkebunan
4.       PT GIA (Garuda Indonesia Airways)
5.       PT PLN (Perusahaan Listrik Negara)
6.       PT BTN (Bank Tabungan Negara)

d.      Sektor Usaha Informal Dalam Perekonomian Indonesia
Dalam kehidupan perekonomian di Indonesia, terdapat usaha-usaha informal, yaitu  bidang  usaha  dengan  modal  kecil,  alat  produksi  yang  terbatas,dan tanpa  bentuk  badan  hukum. 
Ciri-ciri  usaha  informal  antara  lain  sebagai berikut:  
1.      Aktivitasnya tidak terorganisir secara baik karena timbulnya tidak melalui perencanaan yang matang
2.       Pada umumya tidak memiliki izin resmi dari pemerintah
3.      Pola  kegiatannya  tidak  teratur  atau  tidak  tetap,  baik  tempat  maupun waktu/jam kerja.
4.      Modal dan peralatan serta perputaran usahanya relatif kecil.
            Pelaku usaha informal diantaranya yaitu:
a.       Pedagang kaki lima
Pedagang kaki lima yaitu pedagang yang menjajakan barang dagangannya di tempat-tempat yang strategis, seperti di pinggir jalan, di perempatan jalan, di bawah  pohon  yang  rindang,  dan  lain-lain.  Barang  yang  dijual  biasanya makanan,  minuman,  pakaian,  dan  barang-barang  kebutuhan  sehari-hari lainnya. Tempat  panjualan  pedagang  kaki  lima  relative  permanent  yaitu berupa kios-kios kecil atau gerobak dorong, atau yang lainnya.
Contoh  pedagang  kaki  lima  yang  berjualan dipinggir jalan.
b.      Pedagang  Keliling
 Pedagang  yang  menjual  barang  dagangannya secara  keliling, keluar-masuk  kampong  dengan  jalan  kaki/naik sepeda/sepeda  motor.  Barang  yang  dijual  kebanyakan  barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng, sabun, perabot rumah  tangga, buku dan alat tulis, dan lain-lain.
c.       Pedagang  Asongan
Pedagang  yang  menjual  barang  dagangan barang-barang yang  ringan  dan mudah  dibawa  seperti  air mineral, koran,  rokok,  permen,  tisu,  dan  lain-lain.  Tempat  penjualan  pedagang asongan  adalah  di  terminal,  stasiun,  bus,  kereta api,  di  lampu  lalu  lintas (traffic light), dan di tempat-tempat strategis lainnya.

Contoh seorang pedagang asongan.
Pedagang Musiman,  yaitu  pedagang  yang menjual  barang  dagangannya secara musiman. Barang yang di jual sesuai dengan musimnya, seperti buah buahan,  kartu  lebaran,  dan  kartu  natal.Tempat  penjualan  di  tempat-tempat strategis  atau  di  tempat-tempat  tertentu,  seperti  objek  wisata,  panggung hiburan, dan lain-lainSeorang pedagang ketupat yang merupakan contoh pedagang musiman dan hanya berjualan pada saat menjelang lebaran.[78]

e.       Potret ekonomi  informal di indonesia
lapangan kerja yang memadai, menjadikan masyarakat yang tidak mendapatkan tempat pada sektor formal akan beralih ke sektor informal yang tidak menuntut banyak keahlian dan pendidikan yang memadai.
Beberapa jenis pekerjaan yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual kran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Keberadaan pedagang asongan dianggap penting di beberapa tempat. Keberadaannya sering dinilai mengganggu ketertiban umum, seringkali ada upaya untuk menggeser keberadaan pelaku sektor informal seperti operasi penertiban dan penetapan aturan yang melarang eksistensi pedagang asongan.
Pedagang asongan menjadi stimulan muncul dan berkembangnya usaha-usaha mikro dengan menjadi penyedia barang-barang dagangan yang dijajakan pedagang asongan. Peluang ini dimanfaatkan oleh kalangan industri menengah. Produsen minuman, koran atau rokok, misalnya, mulai banyak yang memanfaatkan pedagang asongan sebagai tenaga pemasar yang dapat secara langsung menyentuh konsumen.
Saat ini sektor informal berkembang pesat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Hal itu disebabkan sektor informal memberi ruang kepada masyarakat yang tidak memiliki skill dalam sektor ekonomi formal. Pedagang asongan tidak hanya ditemukan di pinggir-pinggir jalan, jembatan, terminal bis, angkutan umum, bis kota, kereta, kampus, instasi pemerintah dan swasta dengan beragam bentuk. Di satu sisi kegiatan ekonomi dan sosial penduduk yang dibarengi dengan kebutuhan yang tinggi semakin memerlukan ruang untuk meningkatkan kegiatan penduduk sehingga menyebabkan semakin bertambahnya ruang untuk mendukung kegiatan sektor informal.[79]



B.     Pegertian dualisme
Dualisme artinya bahwa dalam waktu yang sama di dalam masyarakat terdapat dua gaya social yang jelas berbeda satu sama lain, dan masing – masing berkembang secara penuh serta saling mempengaruhi. Dalam dualisme masyarakat, salah satu system social yang menonjol biasanya termaju, diimpor dari luar negri dan hidup dalam lingkungan baru tanpa berhaasil menyisihkan atau menyerap system social lain yang telah lama tumbuh disitu. Akibatnya, dari system kedua ini tdak ada yang meluas, dan malah keduanya menjadi ciri khas masyarakat yang bersangkutan.
1.      Dualisme ekonomi yaitu kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi serta keadaan yang lain dalam masa tertentu, atau dalam suatu sector ekonomi tertentu ysng memiliki sifat tidak seragam.
2.      Dualisme ekonomi ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu ekonomi tradisional dan ekonomi modern.
3.      Kelompok ekonomi tradisional berarti kegiatan ataupun keadaan ekonomi yang ada masih dikuasai oleh unsur ketradisionalan.
4.      Kelompok ekonomi modern, berarti berbagai kegiatan dan keadaan ekonomi yang sedang berlangsung dikuasai oleh unsur – unsur yang bersifat modern.[80] 

a.      Pengertian dualisme ekonomi
Ekonomi dualistik atau lengkapnya sistem ekonomi dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami 2 macam sistem ekonomi yang saling berbeda dan berdampingan sama kuatnya dimana sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang masih bersifat pra- kapitalistik yang dianut oleh penduduk asli dan sistem ekonomi yang diimpor dari Barat yang telah bersifat kapitalistik atau mungkin telah dalam bentuk sosialisme atau komunisme.[81]
b.      Sejarah Ekonomi Dualistik di Indonesia
Penjajahan yang terjadi di Indonesia merupakan awal dari sejarah terbentuknya ekonomi dualistik di Indonesia. Penjajahan yang membawa pola dan sistem perekonomian kapitalis membawa pengaruh yang nyata dengan berkembangnya perekonomian akan tetapi ini hanya terpusat pada daerah-daerah yang mereka jajahi sehingga munculah ketidak merataan dibeberapa daerah. Apabila tidak terjadi kedatangan orang-orang barat ke Indonesia mungkin sistem pra-kapitalisme Indonesia dan dunia timur lainnya suatu waktu akan berkembang menuju sistem kapitalisme secara bersamaan dan merata.[82]





C.    Faktor-faktor penyebab dualisme
Ada empat factor yang melatar belakangi atau menjadi sebab lahirnya dualisme ekonomi, yaitu :
1.      Adanya kebijakan yang memiliki dua dimensi, yaitu kebijakan untuk mempertahankan agar surplus sector pertanian tetap berada di dalam negri daripada dibawa ke luar negri seperti masa penjajahan.kebijakan untuk mengalihkan surplus sector pertanian ini ke sector industry, dan ekspor seperti semula.
2.      Adanya pengaruj dari pola perumbuhan ekonomi terutama yang terjadi di Negara – Negara asia.
3.      Hal yang menyangkut ratio antara manusia dan tanah.
4.      Lemahnya perekonomian nasonal.[83]

D.    Dualisma Ekonomi Di Indonesia
Perkembangan ekonomi yang terjadi saat Belanda menduduki Indonesia ternyata memakai model-model yang berbeda. Baik pada masa VOC ataupun kolonial. Sistem yang diterapkan pada dasarnya berusaha memakai model konsep ekonomi barat. Apabila sepenuhnya sistem dari barat diterapkan pada perekonomian saat itu ternyata tidak relevan. Masyarakat pribumi pada umunya masih memakai konsep ekonomi tradisional. Sistem ekonomi barat dapat merusak struktur sosial yang sudah ada.
Kapitalisme dalam ekonomi merupakan sebuah model yang lebih maju ketimbang sistem ekonomi tradisional. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang dinamis, sedang ekonomi tradisional cenderung statis. Kapitalisme memakai modal-modal yang dimiliki oleh swasta. Sedangkan ekonomi tradisional masih mementingkan asas kekeluargaan atau kebersamaan. Masing-masing, baik ekonomi kapitalisme dan tradisional tidak dapat berkembang bersama. Mereka berdiri sendiri-sendiri saat proses perekonomian berjalan. Model perekonomian yang seperti itu dikenal sebagai ekonomi dualistis. Dan dalam sistem tradisional, relasi yang digunakan dengan prinsip sosial dan cultural.
Ekonomi dualistik yang diterapkan oleh pemerintah kolonial pada dasarnya untuk menekan agar masyarakat pribumi terus bertahan dengan ekonomi tradisionalnya. Pemerintahan Kolonial bekerjasama dengan swasta asing. Dan disini para swasta punya modal yang cukup untuk menyogok pemerintah agar tanah milik para petani dapat dipakai demi lahan perkebunan. Pengusaha swasta asing kebanyakan para orang Cina, Timur Asing dan bangsa Eropa. Namun ternyata bukan mereka saja, para raja Jawa juga ikut menjadi pemodal. Investasi yang mereka tanamkan pada perkebunan membawa dampak yang besar bagi pemerintah kolonial. Kondisi seperti itu mengakibatkan lahan pertanian menjadi semakin berkurang. Namun adaptasi dari pribumi lokal dengan sistem tadi secara perlahan-lahan. Sistem ekonomi tradisional susah untuk menyatu dengan sistem ekonomi kapitalis. Sistem kapitalis membawa dampak yang besar karena menghasilkan keuntungan yang menggiurkan bagi pihak-pihak lokal ataupun asing.[84]

E.     Hubungan Ekonomi Informal Dan Ekonomi Formal
Sector informal sering dilihat sebagai refleksi pertumbuhan kesempatan kerja di Negara berkembang yang tidak mampu di tamping oleh sektof formal. Motif ekonomi yang mendorong para pekerja masuk ke sector ini terutama hanya sekedar mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari pada memperoleh keuntungan. Jadi, sangat berbeda dengan konsepsi para ahli mengenai wiraswastawan (entrepreneur). Namun demikian, sejak kemunculannya, konsep sector informal mengundang perdebatan dari berbagai kalangan. Pada decade 1980an, muncul paradigm baru dalam sector ini. Jika sebelumnya paradigm yang berkembang melihat sector informal sebagai sector yang harus diterangi, karena merusak keberhasilan, ketertiban dan keamanan kota, pada decade ini paradigm tersebut mulai bergeser. Sector informal dalam pandangan ini harus diubah menjdi sector formal.
Paradigma lama tentang sector informal dilandasi suatu pemikiran bahwa kemajuan perekonomian sebuah Negara ditandangi dengan meningkatnya tenaga kerja yang termasuk dalam sector formal. Perekonomian dalam suatu Negara di nilai mengalami kemajuan jika terjadi transpormasi ke arah penurunan pekerja kasar (blue collar) yang mempersentasikan pekerja sector informal. Maka indikasi kemajuan tersebut terefleksikan dari peningkatan pendidikan dan pendapatan masyarakat. Pekerja-pekerja kerah biru merupakan pekerja yang lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik, menggunakan teknologi yang terbatas, serta berupa rendah, seperti pertanian, perdagangan kecil, kehutanan, perburuhan, perikanan, tenaga produksi, buruh dibidang transportasi dan pekerja kasar lainnya. Sementara itu, pekerja kerah putih (white collar ) merupakan pekerja yang lebih banyak menggunakan otak dan keterampilan.
Berdasarkan study sector informal yang dilakukan oleh bromley di Cali, Colombia, menunjukan bahwa dalam sector informal terdapat beberapa segi yang patut diperhatikan, yaitu kegiatan ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah sama sekali dalam sector formal,bahkan lebih dari itu, sector ini memperoleh pengakuan kegiatannya justru dari sector formal- informal merupakan karakteristik kegiatan ekonomi Negara-negara yang sedang berkembang tempat sector informal mendominasikan hamper seluruh kegiatan bidang jasa.
Dalam konteks Indonesia, hubungan sector formal-informal dapat diamati secara riil di sekitar gedung-gedung perkantoran elite. Banyak karyawan sector formal yang mengkonsumsi barang dan jasa sector informal. Keberadaan “wartek” (warung tegal) yang menjajakan makanan murah meriah seolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan gedung perkantoran. Sector informal oleh sebagian ahli sering di sebut “sector penyelamat” di sebabkan oleh elastisitas sector ini dapat menyerap lonjakan tenaga kerja. Beberapa kota di dunia tumbuh menjadi satu “kota” yang sangat besar. Proses kunurbasi ini di beberapa literature serin disebut sebagai metropolitan extended metropolitan ataupun megalopis. Sector formal kota tetap tidak mampu menyerapnya, oleh karena itu sector informal yang menjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja. Sector ini tumbuh meskipun nilai tambah yang diciptaknnya mungkin tidak sebesar nilai tambah sector formal.[85]
Hubungan ekonomi formal dan informal merupakan salah satu kajian penting dalam study ekonomi informal. Hubungan tersebut dapat dilihat dari dua perspektif yaitu pendekatan konflik dan pendekatan fungsional. Pada pendekatan konflik melihat bahwa kehadiran sector informal diperlukan untuk mendukung perkembangan sector formal. Dengan demikian, seperti istilah yang sering dilontarkan adalah, sector informal mensubsidikan sector formal. Kata subsidi tersebut merupakan penghalusan dari kata eksploitasi.
Sedangkan pendekatan fungsional melihat hubungan tersebut sebagai sesuatu yang saling menguntungkan antara sector formal dan informal. Istilah mereka adalah di mana ada gula di sana ada semut. Di mana ada pembangunan gedung kesitu berdatangan semut-semut sector informal.[86]

F.     Sektor Formal Dan Informal dan Akibat-Akibatnya Pada Perekonomian
1.      Produktifitas menurun
Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan nilai tambah sulit berkembang jika peraturan pemerintah menghambat orang untuk menghimpun sumber daya, bila pajak dan tariff menyebabkan harga bahan baku dan harga bahan barang tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, bila pengendalian harga memperlemah rangsangan untuk kegiatan memproduksi.
Kadang-kadang pengusaha informal dapat menggunakan sumber daya mereka secara lebih efisien di bandingkan dengan pengusaha formal. Produktifitas perusahaan informal turun makin rendah lagi karena pengusaha informal umumnya lebih padat karya dan kurang menggunakan mesin. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ILD. Produktifitas perusahaan informal hanya sepertiga dari produktifitas dari perusahaan formal. Hal ini menghasilkan pola penggunaan sumber daya Negara yang tidak tepat dan tidak efisien, karena produktifitas yang optimum dapat tercapai hanya bila ada panduan yang terbaik antara tenaga kerja dan modal barang.

2.      Penanaman modal menurun
Ada dua hal pada kegiatan informal yang mengakibatkan penanaman modal pada keseluruhan menurun. Pertama, pengusaha informal lebih banyak menggunakan teknologi padat karya, dengan akibat penanaman modal pada umumnya menurun, karena kegiatan usaha sebagai lembaga ekonomi cenderung bergerak kea rah sector informal. Kedua, mengingat kesulitan-kesulitan yang dihadapi pengusaha informal untuk menjamin agar kontrak tidak di langgar, dan bunga yang tinggi yang harus mereka bayar jika mereka meminjam uang kepada penyedia modal uang untuk usahanya, maka tidak akan banyak penanaman modal jua turun akibat tinginya biaya-biaya yang harus dipikul pengusaha bila ia berusaha secara informal.
3.      System pajak tidak efisien
Bila pajak ditarik, bebannya sebagian besar jatuh ke pundak sekelompok kecil orang yang berusaha secara formal, sumberdaya di hambur-hamburkan Negara dalan jumlah yang sangat besar untuk menyelidiki penghindaran pajak, dan perekonomian secara keseluruhan tidak berjalan seperti seharusnya. 
Perusahaan yang relative besar dan karena itu terpaksa melakukan kegiatannya secara formal membayar pajak lebih besar daripada yang seharusnya jika tidak ada usaha informal, karna bebab pajak seluruhnya bertumpu pada landasan pajak yang sempit.
4.      Tariff pelayanan umum meningkat
Hal yang sama terjadi pula di bidang pelayanan umum. Menurut perkiraan, hampir separoh dari air bersih dan tenaga listrik di kota lima tidak diketahui kemana perginya. Kebocoran saluran mungkin ada di sana sini, tetapi sebagian besar dari kehilangan ini pasti karena ulah sector informal, karena orang di sector itu banyak mencari air bersih dan aliran listrik. Sebagian besar sector informal tidak mengeluarkan uang sepersenpun secara langsung untuk memperoleh pelayanan umum ini. Ini menyebabkan tarif bagi orang yang mematuhi peraturan menjadi tinggi.
5.      Kemajuan teknologi terbatas
Skala usaha kegiatan informal cenderung kecil-kecilan interaksi antar perusahaan dalam kegiatan produksi rendah, dan sector informal tidak mampu memanfaatkan penemuan teknologi. Karena kegiatan-kegiatan yan membawa hal-hal baru memberikan dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan, maka kerugian-kerugian yang timbul karena perusahaan informal tidak melakukan pembaharuan tidak saj dipikul oleh perusahaan-perusahaan bersangkutan tetapi jua oleh seluruh negeri yang seharusnya dapat meraih berbagai mamfaat dari kemajuan teknologi.
6.      Kesulitan-kesulitan dalam menetapkan kebijaksanaan ekonomi Negara
Kebijaksanaan ekonomi untuk masyarakat secara keseluruhan yang harus di ambil oleh pemerintah menyebabkan misalnya, kebijaksanaan andalan atau kebijaksanaan moneter sebagian besar didasarkan pada perkiraan mengenai kemampuan perekonomian untuk berkembang. Karena kegiatan ekonomi banyak yang informal, sangatlah sulit untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya mengenai perkembangan perekonomian Negara, dan selain itu kenyataan ini menyebabkan banyak unsure spekulasi yang masuk ke dalam keputusan-keputusan politik yang di ambil.
Mereka yang bertanggung jawab menetapkan kebijaksanaan ekonomi Negara tahu mengenai gejala in, tetapi karna kegiatan ekonomi informal demikian besar dan demikian cepat berkembang, sulit bagi mereka untuk mencapai kata sepakat, dalam memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi, mana angka yang sedikit banyak menggambarkan keadaan ekonomi yang sebenarnya, dan unsure ketidakpastian yang melekat pada kegiatan ekonomi informal menyulitkan mereka dalam melaksanakan tuas menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi bagi perusahaan secara keseluruhan.[87]

G.    Sebab munculnya sector informal
Sector informal di Negara-negara sedang berkembang muncul dari tidak mampuan sector formal untuk menampung antrian panjang pencari kerja (hart, 1973; mazumbar, 1975). Situasi ini muncul sebaai konsekuensi logis dari kebijaksanaan industry yan merupakan bagian sistematis dari apa yang disebut sebagai sector informal. Dari pandangan tersebut, seperti yang telah di jelaskan di atas, itu berarti bahwa perkembangan industriliasasi kapitalis modern akan menghilangkan aktifitas ekonomi informal.dari pandangan tersebut, pertanyaan kita adalah apa yang menyebabkan informalitas pada Negara-negara maju? Paling tidak menurut portes dan sassen (1987) dalam making it underground, ada tiga hipotesis yang sering diajukan oleh beberapa ilmuwan untuk menjelaskan sebab dari informalitas di Negara-negara maju.
Pertama, munculnya ekonomi informal dihubungkan dengan pertumbuhan imigrasi. Di amerika serikat komunitas imigran telah menyumbangkan kebutuhan tenaga kerja bagi aktifitas ekonomi informal. telah memberikan tempat bagi pertumbuhannya, telah memperlengkapinya dengan semangat kewiraswastaan untuk menggrakannya.
Kedua, informalitas dan desentralisasi merupakan respon terhadap pertumbuhan kekuatan serikat buruh. Oleh karena perusahaan yang berskala kecil tidak berhubungan dengan pengaturan tersebut maka ia bebas dari hambatan yang berhubungan dengan serikat buruh.
Ketiga, informalisasi industry tertentu seperti konveksi merupakan hasil dari kompetensi dengan Negara-negara dunia ke-tiga. Pertumbuhan perusahan-perusahaan kecil yang mengerjakan perusahaan besarr melalui subkontraktor. Wanita dipekerjakan sebagai buruh karena mereka relative tidak terorganisasi dan merupakan sumber tenaga kerja yang murah. Hipotesis ini juga dianngap kurang memuaskan  karna ia gagal dalam menjelaskan industry lain yang tidak mengalami informalisasi tetapi secara relative juga mengalami kompetensi dengan Negara lain seperti sector jasa ddan kontruksi.[88]
Keberadaan sektor informal tentu tidak dapat diabaikan. Bahkan dalam masa sulit beberapa tahun ini sektor informal berfungsi sebagai sarana pengaman. Munculnya sektor informal erat kaitannya dengan arus urbanisasi. Keterbatasan kesempatan kerja di desa menimbulkan masalah tenaga kerja di kota yaitu sebgai akibat arus tenaga kerja dari desa ke kota, baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat musiman.
Menurut Tadjuddin Noer Effendi dan Chris Manning (1996):
”Sektor informasi ini muncul karena kurang siapnya daya dukung kota terhadap luberan tenaga kerja dari desa, sehingga mengakibatkan jumlah yang menganggur dan yang setengah menganggur akan meningkat. Pertambahan penduduk yang semakin pesat menyebabkan pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan, perumahan, transportasi maupun fasilitas-fasilitas lain yang memadai. Sehingga permasalahan tersebut akan mendorong mereka untuk menerima pekerjaan apa adanya walaupun dengan penghasilan yang tidak menentu yaitu disektor informal”.
Pada umumnya pekerja di sektor informal menganggap sektor ini sebagai sektor transisi sampai adanya kesempatan untuk bekerja di sektor formal. Karena untuk masuk sektor informal sangatlah mudah dan tidak ada persyaratan ketat. Yang adanya kemauan, siapapun bisa terjun ke sektor informal (Adig Suwandi, 1993). Sektor informal muncul karena timbulnya masalah kemiskinan perkotaan akibat tidak cukup tersedianya lapangan kerja di perkotaan (M. Zein Nasution, 1987).
Todaro sebagaimana dikutip oleh Tadjuddin Noer Effendi dan Chris Manning (1996) berpendapat bahwa:
”Kota-kota di dunia ketiga mengalami apa yang disebut ”Urbanisasi berlebih” (Over Urbanisation), suatu keadaan dimana kota-kota tidak menyediakan fasilitas pelayanan pokok dan kesempatan kerja yang memadai kepada sebagian penduduk. Keadaan ini terjadi karena adanya urban bias, yakni kebijakan yang lebih mengutamakan pengembangan perkotaan sehingga penduduk luar kota banyak yang terangsang untuk mencari nafkah ke kota, sedangkan pemerintah kota sudah tidak mampu menambah fasilitas perkotaan”[89]




AGAMA DAN TINDAKAN EKONOMI


A.    Bagaimana Spirit Agama Mempengaruhi Tindakan Ekonomi
1.      Defenisi Agama
Dalam mendefenisikan agama, para ilmuwan sosisal biasanya menggunakan dua macam defenisi yang biasa melengkapi satu sama lain, yakni defenisi substantif dan defenisi fungsional.
a.       Defenisi substantif.
Defenisi substantif berusaha menjawab apa itu agama? Defenisi tersebut berusaha menetapkan batas – batas atau kategori – kategori dari sebuah fenomena yang menyebabkanya disebut agama dan membedakanya dari fenomena lain yang bukan agama. Salah satu contoh dari defenisi seperti itu adalah defenisi agama menurut Melfrod Spiro. [90]Dia mengatakan agama sebagai suatu instusi yang terdiri dari interaksi yang terpolakan secara kultural dengan pengandaian akan keberadaan yang supranatural.
Pengakuan akan adanya kekuatan supranatural di dalam defenisi itu menunjukan keberadaan kekuatan yang mengatasi kekuatan manusia, kekuatan tersebut dapat membantu manusia dan sebaliknya dan dapat membahayakan manusia. Hal itu tergantung pada perbuatan manusia itu sendiri, kalau manusia melakukan hal – hal yang dikehendaki oleh kekuatan supranatural tersebut, maka dia akan membantu manusia. Sebaliknya, apabila dia melakukan hal – hal yang bertentangan dengan keinginan dari kekuatan supranatural tersebut maka kekuatan itu akan mecelakakan manusia.

b.      Defenisi Fungsional.
Defenisi fungsional tentang agama menekankan apa yang di buat oleh agama untuk seorang individu, kelompok, atau masyarakat. Karena itu, agama didefenisikan didalam istilah – istilah fungsi yang harus ia jalankanya. Isi dari kepercayaan dan praktik keagamaan juga disebut, tetapi tidak terlalu penting untuk strategi ini dibandingkan dengan konsukuensi–konsukuensi dari agama itu untuk kehidupamn masyarakat.

Salah satu contoh dari defenisi seperti ini deberikan oleh Clifford Greertz. Dia mengartikan agama sebagai system simbol yang berfungsi “menentramkan suasana hati dan memberikan motivasi yang kuat dan tahan lama didalam kehidupan manusiadengan menetapkan konsep– konsep atau merumuskan kepercayaan–kepercayaan tentang tatanan umum eksistensi (manusia dan masyarakat) dan membungkus konsep– konsep atau kepercayaan–kepercayaan itu seolah – olah sebagai sesuatu yang real atau merupakan yang fakta sehingga suasana batin dan motivasi yang tercipta pun menjadi real.
Konsep–konsep atau kepercayaan–kepercayaan yang dijelaskan oleh agama diupayakan sedemikian rupa seolah–seolah konsep – konsep atau kepercayaan–kepercayaan itu adalah real walaupun secara empiris sulit dibuktikan.  

2.      Ancangan Sosiologik terhadap Kajian Agama.
Mengenai tuntutan ini, dan bagaimana para ahli sosiologi dengan pemikiran para filosuf agama atau ahli teologi, atau dengan para pengkaji perbandingan agama. Di awali dengan melihat perbedaan antara ahli teologi dan sosiologis, ahli teologi mengawali kajianya dengan kepercayaan terhadap adanya tuhan, dan berusaha melaksanakan berbagai implikasi dari keyakinan ini terhadap kehidupan manusia, berbeda dengan cara–cara lain, dimana pengalaman manusia membantu kita memahami hakikat tuhan.
Selain itu, ahli teologi secara karakteristik merupakan pemikir dalam tradisi keagamaan tertentu, misalnya Kristen, hindu, dan sebagianya, yang pertama menaruh perhatian terhadap berbagai kebenaran, sesuai dengan keyakinan dalam tradisi tertentu,sebaliknya ahli sosiologi munkin menganut agama (kepercayaan ) tertentu atau sama sekali tidak mempunyai agama, dan data yang dikerjakanya mungkin diperolehnya dari salah satu atau banyak system agama, dari agamanya sendiri atau dari agama–agama yang sama sekali berbeda dengan agamanya sendiri.
Dengan demekian terdapat perbedaan postur intelektual dan juga perbedaan  kepentingan, antara ahli teologi dan ahli sosiologi itu.[91] Namun demikian terdapat juga titik temu dalam kepentingan – kepentingan mereka. Ahli teologi menganalisis pengalaman manusia dalam rangka memasuki secara lebih mendalam hakikat Tuhan dan perbuatan–perbuatanya di dunia, ahli sosiologi berkeyakinan bahwa hanya dengan menganalisis berbagai pengalaman tertentu dai berbagai masyarakat tertentu sajalah dia dapat menampilkan seperangkat keyakinan dan peribadatan agama tertentu sehingga mudah dipahami. 

3.      Hubungan agama dan ekonomi.
Agama merupakan sistem sosial yang sudah terlembaga dalam setiap masyarakat. Secara mendasar agama menjadi norma yang mengikat dalam keseharian dan menjadi pedoman dari sebagai konsep ideal. Ajaran–ajaran agama yang telah dipahami dapat menjadi pendorong kehidupan individu sebagai acuan dalam beriteraksi kepada Tuhan, sesame manusia maupun alam sekitarnya. Ajaran itu bias diterapkan dalam mendorong perilaku ekonomi, social dan budaya[92].
Agama dan Etos kerja ( Ekonomi ) memang memiliki wilayah yang berbeda. Agama bergerak dalam dimensi spiritual, sedang bekerja atau usaha adalah berdimensi duniawi untuk mencari nafkah hidup. Namun, pada wilayah yang lain, agama dan etos kerja memiliki relevansi yang cukup signifikan sebagai salah satu motivasi spiritual menuju tambahan nilai kebaikan dan amal bagi keluarga dan orang lain.
Sejarah membuktikan bahwa pemikiran agama sangat berpengaruh bagi perkembangan aspek material (kehidupan di dunia ini), baik politik, ekonomi, social, maupun budaya. Atau dengan kata lain, ada hubungan yang sangat segnifikan antara kemajuan dalam pemikiran (immaterial) dan kemajuan dalam bidang material.  

B.     Memahami Bagaimana Tesis Max Weber
1.      Biografi Max Weber.
Maximilian Weber (lahir di Erfurt, Jerman, 21 April 1864 – meninggal Munchen, Jerman, 14 juni 1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiologi dari jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi Negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling popular adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitianya tentang sosiologi agama.[93]
Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainya, politik sebagai panggilan, Weber mendefenisikan Negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah defenisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.

2.      Pendekatan Psikologis Terhadap Agama.
Didalam bukunya yang berjudul The Social Psychology of The World Religions, Weber menguraikan pendekatan psikpologis terhadap agama. Di dalam buku tersebut, dia menolak pemikiran yang mengatakan bahwa dalam menghubungkan agama dengan faktor – faktor social, seseoarang harus menggunakan pendekatan yang bersifat reduksionis. Dia menolak tesis yang mengatakan bahwa agama adalah sebuah ilusi seperti yang dilakukuan oleh Freud. Weber juga tidak bisa menerima teori – teori tentang agama yang mengatakan bahwa agama merupaka satu bentuk pelarian dari penderitaan dan kesulitan hidup walaupun dia mengakui adanya hubungan antara agama dan penderitaan. Dalam diskusinya, dia memberikan penjelasan tentang hubungan antara agama dan kesulitan hidup.[94]
Menurut Weber, dalam banyak tradisi keagamaan khususnya dalam masyarakat pra-industri, orang–orang yang mengalami kemalangan atau malapetaka berpikir bahwa kemalangan itu disebabkan kemarahan para dewa yang menghukum mereka. Selain itu, mereka juga berpikir bahwa penderitaan atau sakit disebabkan kemarahan oleh kerasukan roh – roh jahat yang marah akibat perbuatan–perbuatan mereka. Menurut Weber, kepercayaaan seperti ini adalah akar dan sumber dari sikap keagamaan. Secara fundamental, agama merupakan tanggapan kesulitan dan penderitaan dalam hidup serta berusaha memberikan makna terhadap apa yang mereka alami.Konsep–konsep tentang agama muncul sebagai akibat dari kenyataan bahwa secara fundamental manusia itu rapuh dan tidak pasti. Ketidak pastian dan kerapuhan diantara lain tampak didalam kenyataan bahwa kadang–kadang manusia menginginkansesuatu, tetapi keinginan itu tidak selalu bisa terwujud. Hamper selalu ada perbedaan antara apa yang kita pikirkan dengan kenyataan yang terjadi. Perbedaan itu bisa di jumpai di dalam berbagai tingkatan pada tingkatan yang paling dasar, perbedaan itu ditemukan didalam keinginan – keinginan akan hal – hal material dengan kenyataan – kenyataan yang sebenarnya.

3.      Pemikiran Max Weber tentang Sosiologi Agama.
Karya Weber dalam sosiologi agama bermula dari esai Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme dan berlanjut dengan analisis[95] Agama Tiongkok : Konfusianisme dan Taoisme, karyanya tentang agama– agama lain terhenti oleh kematianya yang medadak pada tahun 1920,hingga ia tidak dapat melajutkan penelitianya tentang Yudaisme Kuno dengan penelitian–penelitian tentang Mazmur, kitab Yakub, Yahudi Talmudi, Kekristenan awal dan Islam.
Tiga tema utamanya adalah efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan stratifikasi budaya Barat. Diawali oleh esai etika protestan dan semangat kapitalisme, Weber menyebut agama adalah salah satu alasan utama perbedaan antara budaya barat dan timur. Ia mengaitkan efek pemikiran agama dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara stratifikasi social dan pemikiran agama serta pembedaan karakteristik budaya barat.
Tujuannya untuk menemukan alasan mengapa budaya barat dan timur berkembang dengan jalur yang berbeda. Weber kemudian mejelaskan temuanya terhadap dampak pemikiran agama puritan (protestan) memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sistem ekonomi di Eropa dan Amerika, namun tentu saja ini ditopang dengan factor lain diantaranya adalah rasionalitas terhadap upaya ilmiah, menggabungkan pengamatan dengan matematika, ilmu tentang pembelajaran dan yurisprudensi, sistematisasi terhadap administrasi pemerintahan dan usaha ekonomi. Studi agama menurut Weber semata hanyalah meneliti sutu emansipasi dari pengaruh magi, yaitu pembebasan dari pesona. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan yang dianggapnya sebagai aspek pembeda yang sangat pentingdari budaya yang ada di barat.
Tugas pertama yang dilakukannya adalah menampilkan bukti mengenai hubungan antara berbagai bentuk tertentu agama protestan dan perkembangan yang sangat cepat menuju kaiptalisme. Dia mengemukakan contoh terkenal di negeri belanda pada abad-abad ke 16 dan 17, mengenai pemilikan bersama dalam kegiatan usaha kapitalis dikalangan keluarga huguenots dan orang-orang katolik di perancis pada abad-abad ke 16 dan 17, dikalangan kelompok puritan di inggris, dan lebih dari itu juga dikalangan para penganut cabang puritanisme inggris yang menetap di amerika dan mendirikan wilayah new england. Pandangan weber adalah bahwa penolakan terhadap tradisi, atau perubahan sangat cepat dalam metode dan valuasi terhadap kegiatan ekonomik seperti itu, tidak akan mungkin terjadi tanpa dorongan moral dan agama.[96]
Setelah mengetahui adanya hubungan antara agama protestan Calvinis dan kapitalisme ini, weber lebih lanjut berusaha membahas dan mengidentifikasikan berbagai ciri yang membedakan antara kapitalis moderen dan berbagai corak organisasi ekonomik lainnya, serta berbagai ciri yang membedakan antara Calvinisme dan beberapa versi lain agama kristen.
Orang-orang Marxis berpendapat bahwa corak Calvinis dalam agama protestan adalah idiologi yang digunakan untuk mengesahkan kapitalisme pasar bebas dan sebagai penolakan terakhir dari kekuasaan-kekuasaan hukum kanon katolik yang semakin melemah mengenai kegiatan-kegiatan ekonomi.[97]
Dalam satu hal, meskipun cara yang digunakan untuk membedakan dua macam corak ideal kapitalis itu bertentangan sama sekali, weber melihat bahwa dalam kehidupan nyata keduanya cenderung dikacaukan. Dia mengakui, sebagaimana sudah saya sebutkan, bahwa “tujuan-tujuan puritanik cenderung mengendor karena tekanan berlebih-lebihkan dari godaan harta, sebagaimana diketahui benar oleh kalangan puritan sendiri.[98]
Dalam kajian terhadap etika protestan dan calvinisme weber sering kali menggunakan dua istilah yang makna pasti memerlukan penelahaan lebih lanjut. Istilah yang pertama adalah istilah yang dicetuskan dan dipakainya sendiri---“asketisisme dunia batin”( inner-worldy ascetism). Yang kedua istilah “rasionalisme” atau “rasionalisasi” yang bersifat umum. Kedua istilah itu juga secara luas dipergunakannya dalam kajian mengenai perbandingan agama, dan istilah yang kedua merupakan kata kunci dalam pandangannya tentang sosiologi, karena itu makna kedua istilah tersebut mempunyai arti penting.[99]


4.      Pengaruh agama ascetis protestan
Weber membedakan empat aliran utama dari agama protestan ascetic: Calvinisme, metodisme, pietisme dan sekte baptis. Pembahasan Weber tentang agama protestan asketik, tidak melibatkan suatu penuturan historis dari dogmanya, akan tetapi hanya membahas unsur-unsur doktrin sekte-sekte tersebut, yang sangat banyak akibatnya dalam hal pengaruh atas prilaku praktis individu dalam kegiatan ekonominya.[100]
Weber beragumentasi bahwa akibat dari doktrin ini bagi sipemeluknya, tentunya adalah suatu ‘kesepian di dalam hati yang belum pernah terjadi sebelumnya’.
Menurut weber, perbedaan yang paling tampak, yang memisahkan calvinisme dari Lutheranisme maupun agama khatolik. Calvinisme dengan demikian membuat suatu kesimpulan akhir tentang proses sejarah besar,yang dibahas oleh weber dikesempatan lain secara terperinci: yaitu proses bertahap dari ‘kekecewaan’ (Entzauberung) dunia.[101]
Weber mengawali bukunya The Protestant Ethic dengan mengemukakan suatu fakta statistik untuk penjelasan : yaitu fakta bahwa didalam eropa modern ‘pemimpin-pemimpin niaga dan para pemilik modal, maupun mereka yang terholong sebagai buruh terampil tingkat tinggi, terlebih lagi karyawan perusahaan-perusahaan modern yang terlatih dalam bidang teknis dan niaga, kebanyakan memeluk agama protestan.

C.    Merefleksikan  Tesis Max Weber dalam Konteks Semangat Islam dan Perilaku  Pengusaha Muslim
1.      Konsep Kerja Keras Pandangan Islam.
Di dalam kehidupan, orang harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan dasar mereka. Tekanan structural pada kehidupan masyarakat sedemikian berat sehingga hamper sepanjang waktu mereka harus bersaing satu sama lain untuk memeperoleh atau membagi ruang kegiatan ekonomi yang sempit. Dan hampir semua usaha mereka diarahkan terutama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam konteks ini, tampaknya tidak mengherankan  sepeti kita lihat bahwa masyarakat cendrung menimbang masalah–masalah cultural, idiologi dalam cara yang praktis.
Tampak bahwa kondisi material, atau kebutuhan ekonomi, berada diuruta pertama, sedangkan masalah–masalah–keagamaan, atau hal–hal yang tidak material, menduduki urutan kedua. Kondisi material itu sedemikian penting dalam kehidupan mereka sehingga agama (dalam pengertian sempit, sembahyang lima waktu atau puasa) menjadi kebutuhan mewah. Ini harus di artikan bahwa gama hanya menduduki tempat kedua dalam kehidupan masyarakat.[102]
Orang islam yang ideal bukan orang yang terus–menerus sembahyang dari pagi sampai petang, tetapi yang bekerja dan berdoa, dan bekerja lagi dan berdoa lagi terus menerus. Berkaitan dengann konsep kerja keras Mohamad Sobari dalam bukunya menyatakan islam berisi ajaran semangat kerja keras, yang bisa dibandingkan dengan gagasan Barat bahwa “waktu adalah uang”,dia mengatakan bahwa kerja keras adalah menifestasi terpenting dari ibadah. Kerja keras itu lebih nyata dibanding, misalnya, membaca Alqu’ran ,dia menegaskan bahwa kita harus bertahan hidup di dunia , dia mengatakan  kita haruslah berkerja keras  untuk memeperolehnya.  

2.      Etos Kerja Padangan  Weber Dengan Konsep Kapitalisme.
Semangat kapitalisme juga meliputi etika kerja yang berarti bahwa semua waktu yang tidak digunakan untuk mendapatkan uang adalah suatu pemborosan. “Waktu adalah uang” merupakan prinsip dari kaum kapitali ini. Mereka juga berpendapat bahwa tidak bekerja sepanjang hari adalah suatu pemborosan walaupun selama sepanjang sehari adalah satu pemborosan walaupun selama sehari itu tidak mengeluarkan uang.[103] Usaha untuk mencari keuntungan demi keuntungan mengandung implikasi bahwa segala bentuk pemborosan harus dihindari, biaya ditekan dan tidak ada modal yang disia–siakan. Perhitungan antara pemasukan dan pengeluaran dibuat secara teliti. Tetapi, semua ini bukan cuma persoalan cara berbisnis yang sukses melainkan sebuah etika atau etos yang khas dalam upaya menjawab panggilan Tuhan.
Etos bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja pada manusia. Keinginan untuk memperoleh uang bersifat alami, tetapi etos khusus yang menekankan uasaha sistematis untuk memperoleh uang melalui cara – cara rasional dengan didasari pembatasan di dalam kosumsi yang diusahakan dan dikembangkan. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan ekonomi yang hebat didunia Barat. Dalam kenyataanya, menurut Weber, keinginan untuk mendapatkan uang ,jika tidak disertai dengan etika seperti yang dijelaskan diatas.
Kekuatn yang menghalangi pertumbuhan ekonomi seperti kapitalisme rasional adalah sikap tradisionalisme. Sikap ini ditandai  kecendrungan mau bekerja hanya kalau perlu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–hari. Menurut Weber, tidak ada manusia yang secara kodrat ingin menghasilkan lebih dan lebih demi penghasilan itu sendiri. Kebanyakan manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang paling dasar dan kalau kebutuhan dasar itu sudah terpenuhi mereka beristirahat. Sikap seperti inilah yang paling dominan  ditemukan pada masyarakat prakapitalis dan pada sebagian dunia.






DAFTAR KEPUSTAKAAN



Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Damsar, Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Rajawali Pers, 1997.

             , Pengantar Sosiologi Ekonomi. Kencana. Jakarta, 2009.

De Soto Hernando. 1992. Masih Ada Jalan Lain. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Faizal, Hendri Noor, 2007, Ekonomi Manajerial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Featherstone Mike. Posmoderisme Budaya Konsumen. Pustaka pelajar. Yogyakarta. 2001

Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Jakarta, Universitas indonesia (UI-Press), 1986.

Haryanto, Sindung, Sosiologi Ekonomi, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Hotman M. Siahaan, Pengantar Ke Arah Sejarah Teori Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1986

M. B. Hendrie Anto. Pengantar Ekonomi Islam. Ekonisia..2003

Media Ar-Ruzz.2011. Sosiologi ekonomi, Depok, Sleman, Jogjakarta: Perpustakaam Nasional

Schraf, R, Betty, Sosiologi Agama, Jakarta, Kencana, 2004

                        , Kajian Sosiologi Agama, Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya, 1995.

Smelser,Sosiologi Ekonomi,Wira Sari,1987

Sobari, Mohamad, Kesalehan dan Tingkah Laku Ekonomi, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya Sembilegi, 1999

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Sudrajat, Ajat, Etika Protestan dan Kapitalisme Barat Relevansinya dengan Islam Di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksana, 1994.
Sunarto, Kamanto, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012

Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

SVD, Bernard Raho, Agama dalam Perspektif Sosiologi, Jakarta, Obor, 2013

Weber, Economy and society:An Outline of Interpretative Sociology. (Barkeley:University of California Press), 1978.
http;//Google.com.Sosiologi ekonomi.PDF




http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html

http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html







http://3kh4.wordpress.com/2007/12/18/moral-ekonomi/(online).

Dedy, Koerniawan.blogspot.com.


 
Id.wikipedia.org.wiki/pasar

Diswandi.wordpress.com/2010/02/03 arti-penting-institusi-dalam-perekonomian.










http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013/03

Http://hendrakm.blogspot.com/2010/pokok -pokok pemikiran max weber.





[1]Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: 2011. Bumi Aksara. hal. 69
[2]Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: 2011. Bumi Aksara. hal. 69-70
[3]Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: 2011. Ar-Ruzz Media. hal. 18
[4]Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: 1997. Raja Grafindo Persada. hal. 9
[5]Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: 1997. Raja Grafindo Persada. hal 11
[6]Prof. Dr. Bambang Pranowo. Sosiologi, suatu Pengantar. Hlm. 8
[7]http://riskyariyani91.wordpress.com/2011/12/19/apa-itu-sosiologi-ekonomi
[8]http://riskyariyani91.wordpress.com/2011/12/19/apa-itu-sosiologi-ekonomi
[9]Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. jakarta:  2010. hal.7
[10]Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. jakarta:  2010. hal.10
[11]Soerkanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. jakarta:  2010. hal.13
[12]Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. jakarta:  2010. hal.14
[13]http://ahmadsopyan.wordpress.com/2009/09/30/sosiologi-ekonomi/
[15] Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: 2011. Ar-Ruzz Media. hal. 10-11
[16]Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: 2011. Ar-Ruzz Media. hal. 11
[17]Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: 2011. Ar-Ruzz Media. hal. 11-12
[18]Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: 1997. Raja Grafindo Persada. hal.19-20
[19]Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: 1997. Raja Grafindo Persada. hal.17
[20]Google.com, Sosiologi ekonomi.PDF hal.11
[21]Google.com, Sosiologi ekonomi.PDF hal.13
[22]Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: 2011. Bumi Aksara. hal. 78
[23]Haryanto, Sindung. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: 2011. Ar-Ruzz Media. hal. 25
[24]http://indudt.blog.fisip.uns.ac.id/2011/05/06/sosiologi-ekonomi/
[25]http://indudt.blog.fisip.uns.ac.id/2011/05/06/sosiologi-ekonomi/
[26]Sabtu,27 maret 2010 ,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[27]Sabtu,27 maret 2010 http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[28]Hotman M.siahaan, pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 141 - 145.
[29]Hotman M.Siahaan,pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 178 - 181
[30]Teori sosiologi modern, hal 1 - 2, dan hal 35 - 41.
[31]Teori Sosiologi Modern, hal : 48 – 51.
[32]Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Hal : 110 – 11
[33]http://mudiartasosio.blogspot.com/2011/04/perspektif-sosiologi-ekonomi.html
[34]Damsar,sosiologi ekonomi,Jakarta,PT Raja Grafindo,1997.hal 7
[35]Smelser,Sosiologi Ekonomi,Wira Sari,1987.Hal 63
[36]Sindung Haryanto,Sosiologi Ekonomi,Ar-Ruz Media,Yokjakarta:2011 Hal 26
[37]Opcit.hal 13
[38]Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, ( Jakarta:Kencana ), 2009, hal.38
[39]http://sunjarifreconsultant.blogspot.com/2009/06/keterlekatan-perilaku-ekonomi-dalam.html
[40]Weber, Economy and society:An Outline of Interpretative Sociology. (Barkeley:University of California Press), 1978.
[42] Ibid., hal. 102-206
[44]Max Weber
[46]Damsar, h 49-51

[50]Damsar h 52
[51]http://id.prmob.net/antar-budaya/rusia/hubungan-interpersonal-2198166.html
[52]Damsar h 50-58
[53]http://3kh4.wordpress.com/2007/12/18/moral-ekonomi/(online). Diakses pada 06 April  2013.
[54]DAMSAR,Sosiologi ekonomi,2002.Hal:65-79
[55]DAMSAR,Sosiologi ekonomi,2002.Hal:65-79
[56]Ar-ruzz Media,Sosiologi ekonomi,2011.Hal:80-82
[57]Ar-ruzz Media,Sosiologi ekonomi,2011.Hal:80-82

[58]DAMSAR,Sosiologi ekonomi,2002.Hal:80-82
[59]Damsar, 2002, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta:PT Raja Grafindo persada), hlm.83.
[60]Dedykoerniawan. Blogspot. com
[61]Hendri, Faizal Noor, 2007, ekonomi manajerial, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada), Hlm 103.
[62] Id.wikipedia.org.wiki/pasar
[63] Ibid.
[64] Damsar, 2002, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta:PT Raja Grafindo persada), hlm.84.
[65] Ibid.
[66] Damsar,sosiologi ekonomi.PT.Raja Grafindo.2002.hal 120
[67] http://id.wikipedia.org
[68] Pitzer George,Masyarakat Konsumsi.Kreasi wacana1970.hal37
[69] Mike Featherstone .posmoderisme budaya konsumen.pustaka pelajar.2001hal197
[70] Mike Featherstone .posmoderisme budaya konsumen.pustaka pelajar.2001 hal 198
[71] M.B.Hendrie Anto.Pengantar ekonomi islam.ekonisia..2003.hal 33
[73] Damsar,sosiologi ekonomi.PT.Raja Grafindo.2002.hal 120
[74] Damsar,sosiologi ekonomi.PT.Raja Grafindo.2002.hal 125
[75] Damsar,sosiologi ekonomi.PT.Raja Grafindo.2002.hal 130
[76] Drs. Sindung Haryanto, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta:Ar-Ruzz Media, 2011), hal 229-233
[77]Dr. Damsar, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal 142-145
[78]http://cortanhugo.blogspot.com/2011/07
[79]http://skripsi-ilmiah.blogspot.com/2013/02/potret
[80]http://firlyagustia.blogspot.com/2009/11/bab-5
[81]http://www.slideshare.net/imamwiryatutah
                [82] http://winnylinova.blogspot.com/2010/02
[83]http://firlyagustia.blogspot.com/2009/11/bab-5
[85] Ibid,. hal 233-236
[86]Ibid,. hal. 148
[87] Hernando De Soto, Masih Ada Jalan Lain, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), hal 229-243
[88] Ibid,. hal. 149-150
[89]http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/2013/03
[90] Bernard Raho svd, Agama dalam perspektif sosiologi, hlm 7.
[91]Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, hlm 3.
[92]Nasir, Nanat Fatah, http;// Etos kerja wirausahawan muslim.
[93] Http;//id. Wikipedia.org/ Maximiliam Weber.
[94] Bernard, Raho svd, Agama dalam Perspektif Sosiologi, hlm 58.
[95]Http ;//idsaripudin,wordpres.com/pemikiran max –weber.
[96]Schart, S, Betty, Kajian Sosiologi Agama, yogyakarta, 1995.
[97]I bid, hal 183
[98]Ibid, hal 185
[99] Ibid, hal 186.
[100]Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, jakarta, UI-Press,1986
[101]Ibid, hal 158
[102] Mohamad, Sobari, Kesalehan dan tTngkah Laku Ekonomi, hlm 164.
[103]Benard, Raho svd, Agama dalam Perspektif Sosiologi, hlm 67.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar