Senin, 21 April 2014

Teori Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori Modern Dan Teori PostModern



MAKALAH
Sosiologi ekonomi

Tentang

“Teori Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori Modern Dan Teori PostModern”

Diajukan Untuk Melengkapi  Salah Satu Tugas Mata Perkuliahan
Sosiologi Dan Politik




Oleh : Kelompok 2
Dedi Miswar              : 311.213
Deval Jalian               : 311.220
Febri Yana                 : 311.016




Dosen Pembimbing:
Muhammad Taufik, M. Si




JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
2013 / 2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam dilimpahkan kepada suri tauladan umat islam yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Ekonomi. Adapun judul makalah ini adalah  “Teori Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori Modern Dan Teori PostModern”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan tugas mendatang. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih.














BAB II
TEORI SOSIOLOGI TENTANG TEORI KLASIK, MODERN DAN POSTMODERN


A.    Teori Sosiologi Klasik
Beberapa kekuatan sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme, feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan. Perkembangan teori - teori sosial tersebut tidak hanya terjadi di satu negara, tetapi dibeberapa negara terutama yang terjadi dikawasan Eropa Barat, diantaranya adalah di Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Perubahan berupa revolusi sosial politik serta kebangkitan kapitalisme membawa dampak - dampak yang tidak saja bersifat positif tetapi juga memunculkan masalah - masalah sosial baru. Hal ini telah memacu para ahli sosial dan filsafat untuk menemukan kaidah - kaidah baru yang terkait dengan perkembangan teori sosial dan sekaligus sebagai suatu upaya dalam memahami dan menanggulangi masalah - masalah sosial tersebut, serta mengarahkan bagaimana bentuk masyarakat yang diharapkan di kemudian hari. Seperti perkembangan kehidupan politik (Revolusi Prancis sejak tahun 1789) menjadi cikal bakal perkembangan teori sosiologi di Prancis. Demikian pula, pertumbuhan kapitalisme di Inggris telah memacu munculnya pemikiran - pemikiran baru dibidang sosial.[1]
Teori Klasik menurut para tokoh ternama :
1.      Aguste Comte
Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pemgetahuan Aguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu - ilmu lainnya. Dalam hal itu, Aguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi. Aguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup di dalam kampus.
Perjalanannya didalam menimba ilmu tersendat - sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan Saint - Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Pemikirannya yang dikenang orang secara luas adalah filsafat positivisme, serta memberikan gambaran mengenai metode ilmiah yang menekankan pada pentingnya pengamatan, eksperimen, perbandingan, dan analisis sejarah. Pemikiran Auguste Comte Tentang Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai oleh cara penggunaan pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Sosiologi adalah menyelidiki hukum - hukum tindakan dan reaksi terhadap bagian - bagian yang berbeda dalam sistem sosial, yang selalu bergerak berubah secara bertahap. Hal ini merupakan hubungan yang saling menguntungkan (mutual relations) diantara unsur - unsur dalam suatu sistem sosial secara keseluruhan.[2]



2.      Emile Durkheim
Sosiolog besar ini dilahirkan di Epinal diprovinsi lorraine di perancis timur pada 15 April 1885, sejumlah empat buku yang telah ditulis durkheim untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang sosiolog yang terkenal, bukunya yang pertama adalah yang berjudul ”one the-division of social labor” yang diterbitkan tahun 1893. Dua tahun kemudian pada tahun 1895 terbit buku keduanya “the rules of socuological method” dan buku ketiganya “suicide” terbit pada tahun 1897 sedangkan buku yang keempat atau karyanya yang terakhir “the elemententary forms of religious life” terbit pada tahun 1912.
Durkheim sangat termashur dengan kerangka teorinya tentang adanya “jiwa kelompok” yang mempengaruhi jiwa individu. Dia mengatakan bahwa ada dua macam kesadaran yaitu kolektip dan individual conciousness. Durkheim menyatakan ada dua sifat yang dimiliki oleh kesadaran kolektif  yaitu sifatnya yang exterior dan sifatnya yang konstarint didalam exterior kesadaran kolektif berada diluar individu manusia dan yang yang masuk ke dalam individu tersebut dalam perwujuadan sebagai aturan - aturan moral, agama, tentang baik dan buruk dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam sifat nya yang konstraint kesadaran kolektif tersebut memiiki daya memaksa terhadap individu - individu manusia pelanggaran yang dilakukan oleh anggota masyarakat terhadap kesadaran - kesadaran kolektif ini akan mengakibatkan adanya sangsi - sangsi hukuman terhadap anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian kesadarn kolektif itu adalah suatu konsensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial  diantara masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran kolektif ini merupakan bentuk tertinggi dari kehidupan psikis / kejiwaan dan merupakan suatu ‘kesadaran dari kesadaran yang berada di luar  dan di atas individu - individu dan dengan kesadaran yang demikian itu maka masyarakat adalah merupakan suatu yang lebih baik dari pada individu.[3]
3.      Karl Marx
Sebagai seorang filusuf, nama Marx mungkin berdengung diseluruh dunia dengan kehebatan yang luar biasa. Bahkan lebih dari itu, Marx dikenal pula sebagai seorang pemikir dalam banyak bidang ilmu. Mulai dari lapangan ekonomi sampai kepada sosiologi. Filsuf yang di lahirkan pada tanggal 5 mei 1818 di kota trier di tepi sungai rhine ini sesungguh nya keturunan seorang borjuis, karya Marx yang pertama kali yang dapat dicatat adalah di sertasinya sendiri di Universitas jana, yang berjudul On the differences between the natural philoshopy of  democritus and epicurus (1841) dimana sesungguhnya dia sudah mulai menyerang konsep - konsep agama dan karya - karya Marx tidaklah terbilang banyak nya. Mulai dari “The Mesery of philophy, The Poverty of philosophy, sampai kepada  Manifesto Komunis dan Das Kapital. Buku yang di sebut terakhir ini justru merupakan buku yang paling termashur.
Sejarah kehidupan manusia kata Marx, tidak lebih dari pertentangan antar kelas, atau antar golongan, mulai dari golongan atau kelas yang berdiri dari orang-orang yang bebas merdeka dari budak - budak, sampai kepada pertentangan antara kelas penindas dengan yang ditindas. Disinilah keistimewan Marx sebenarnya, yang melihat adanya suatu pertikaian abadi yang menandai sejarah perkembangan manusia.[4]
B.     Teori Sosiologi Modern
Teori sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh - tokoh  sosiologi sedangkan teori - teori sosiologi modren memusatkan analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari para ahli teori sosiologi  secara idividual kedalam aliran - aliran sosiologi menunjukkan bahwa sosiologi mengalami perubahan. Pada awal perkembangannya, sosiologi itu di dominasi oleh para ahli termasyur secara individual, seperti Comte, Marx, Durkheim, Weber, ataupun Simmel. Tetapi dewasa ini analisa sosiologi lebih terarah kepada aliran - aliran.
Perkembangan Teori Sosiologi :
1.      Awal perkembangan teori sosiologi di Amerika
Pada tahun 1858 ada kuliah tentang masalah - masalah sosial di Universitas Oberlinis, istilah sosiologi yang berasal dari Comte digunakan oleh George Fithugh tahun 1880-an kemudian William Graham Sumner mengajar ilmu sosial di Unversitas Yale pada tahun 1873.Pada tahun 1880-an, kuliah - kuliah yang berjudul sosiologi mulai muncul. Departemen sosiologi pertama didirikan di Universitas Kansas tahun 1889. Tahun 1892 Albion Small pindah ke Universitas Chicago dan mendirikan Departemen sosiologi di Universitas tersebut. Departemen sosiologi dari Universitas Chicago berkembang menjadi satu aliran tersendiri yang di kenal dengan nama The Chicago School. Dari departemen ini lahirlah journal of sociology yang masih bertahan hingga saat ini. Dari Universitas ini pula lahirlah American Sociological Society, yakni perkumpulan para ahli sosiologi se - Amerika yang tahun 1959 berubah nama American Sociological Association dan masih bertahan hingga saat ini.
2.      Perkembangan teori sosiologi hingga pertengahan abad 20
Perkembangan teori sosiologi pada abad 20 tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosiologi di Universitas Harvard. Kehadiran teori sosioloigi pada Universitas Harvard muncul bersamaan dengan masuknya Peter Sorokin ke Universitas itu pada tahun1930. Sebelum Sorokin tiba belum ada Departemen sosiologi di Harvard. Tetapi pada akhir tahun yang sama departemen sosiologi didirikan di Universitas itu dan dia sendiri dipilih sebagai ketua jurusan. Inilah jasa Sorokin yang terbesar sebab teori - teorinya  tentang perubahan sosial dan budaya sebagaimana tertulis dalam buku Social and Cultual Dynamics (1937 dan 1941).[5]

TEORI  FUNSIONALISME STRUKTURAL
Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ketidak – seimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas model perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi (theodorson, 1969 : 67). Asumsi dasar teori ini ialah, bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Secara ekstrim teori ini mengatakan,bahwa segala sesuatu didalam masyarakat ada fungsinya, termasuk hal – hal seperti kemiskinan, peperangan, atau kematian. Tetapi, persoalannya ia berfungsi untuk siapa ? kemiskinan, pasti berfungsi untuk orang kaya sebagai yang diuraikan oleh Herbert Ganz (1972 : 275 – 289). Tetapi tentu tidak berfungsi untuk orang yang miskin. Karena itu, sebagai ilmuan sosial kita harus selalu dengan kritis bertanya entah sesuatu itu fungsional untuk siapa.

TEORI FUNGSIONALISME STRATIFIKASI
Salah satu karya yang cukup terkenal dari fungsionalisme struktural ialah teorinya tentang stratifikasi sosial. Teori ini dikemukakan oleh Kings Ley Dapis dan Wilbert Moure (1945). Dapis dan Moure menganggap stratifikasi sosial sebagai suatu kenyataan yang universal dan perlu untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka berpendapat, bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi sosial. Stratifikasi adalah suatu keharusan.
Disini ada 2 hal yang harus diperhatikan, yakni : pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu – individu yang tertentu keinginan unttuk menduduki posisi tertentu. Kedua, setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok, bagaimana masyarakt membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi persyaratan – persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas – tugas sesuai posisinya itu.
Persoalan penempatan orang – orang kedalam posisi yang tepat muncul epermukaan karena 3 alasan. Pertama, ada  posisi – posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan dari posisi lainnya. Kedua, ada posisi – posisi tertentu yang penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan posisi lainnya. Ketiga, posisi – posisi didalam masyarakat menuntut sejumlah bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi – posisi tertentu menjadi persoalan.[6]
C.    Teori PostModern
Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara sekilas, konsep postmodern dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat dimaknai sebagai era “Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah modernitas.
Ada beberapa istilah yang masih berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme. Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos – jangka waktu, zaman, masa – sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial.
Teori postmodern banyak memberikan kritik atas realitas “manusia modern” yang terlalu dalam persepsi mereka. Rosenau (Ritzer, 2003) mnjelaskan mengenai beberapa posisi dari teori postmodern mengenai modernitas. Pertama, postmodern mengkritik masyarakt modern yang dinilai gagal dalam memenuhi janji – janjinya. Postmodern mempertanyakan bagaimana setiap orang dapat mempercayai bahwa modernitas telah membawa kemajuan dan harapan masyarakat depan yang lebih cemerlang. Kedua, teori postmodern cendrung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern cenderung menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, dan sebagainya. Keempat, teori  postmodern menolak kecendrungan dunia modern yang meletakkan batas – batas antara hal – hal tertentu seperti disipin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.[7]
















PENUTUP

A.    Kesimpulan
kekuatan sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme, feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Teori sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik.teori sosiologi klasik memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh-tokoh  sosiologis sedangkan teori-teori sosiologi modren memusatkan analisanya pada analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari para ahli teori sosiologi.
Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme.
B.     Saran
Penulis tidak terlepas dari kesalahan yang di sampaikan melalui makalah ini. Masih banyak yang banyak yang harus penulis sampaikan dalam makalah ini, namun keterbatasan  wawasan penulis dan rujukan penulis temui yang tidak dapat penulis sampaikan dalam makalah ini. Kami berharap pembaca dapat mencari selain rujukan yang kami temui.
Untuk itu penulis berharap pembaca memberi kritikan dan sarannya. Untuk itu atas kekurangan makalah penulis berikan, penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita bersama.
A.     
A.     


DAFTAR PUSTAKA


Sabtu,27 maret 2010 ,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Sabtu,27 maret 2010 http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Hotman M.siahaan, Pengantar Ke Arah Sejarah Teori Sosiologi, Jakarta : Erlangga, 1986
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007
Sunarto, Kamanto, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012




[1] Sabtu,27 maret 2010 ,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[2] Sabtu,27 maret 2010 http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[3] Hotman M.siahaan, pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 141 - 145.
[4] Hotman M.Siahaan,pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 178 - 181
[5] Teori sosiologi modern, hal 1 - 2, dan hal 35 - 41.
[6] Teori Sosiologi Modern, hal : 48 – 51.
[7] Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Hal : 110 – 113

Tidak ada komentar:

Posting Komentar