MAKALAH
Sosiologi ekonomi
Tentang
“Teori
Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori Modern Dan Teori PostModern”
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Perkuliahan
Sosiologi
Dan Politik
Oleh : Kelompok
2
Dedi Miswar : 311.213
Deval Jalian : 311.220
Febri Yana : 311.016
Dosen Pembimbing:
Muhammad Taufik, M. Si
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL
PADANG
2013 / 2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Tak lupa shalawat serta salam dilimpahkan kepada suri tauladan umat islam
yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas
mata kuliah Sosiologi Ekonomi.
Adapun judul makalah ini adalah “Teori
Sosiologi Tentang Teori Klasik, Teori Modern Dan Teori PostModern”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan tugas mendatang. Untuk itu, penulis ucapkan terima
kasih.
BAB
II
TEORI
SOSIOLOGI TENTANG TEORI KLASIK, MODERN DAN POSTMODERN
A. Teori Sosiologi Klasik
Beberapa
kekuatan sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan
sekaligus menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi
politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme,
feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teori - teori sosial tersebut tidak hanya terjadi di satu negara,
tetapi dibeberapa negara terutama yang terjadi dikawasan Eropa Barat, diantaranya
adalah di Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Perubahan
berupa revolusi sosial politik serta kebangkitan kapitalisme membawa dampak - dampak
yang tidak saja bersifat positif tetapi juga memunculkan masalah - masalah
sosial baru. Hal ini telah memacu para ahli sosial dan filsafat untuk menemukan
kaidah - kaidah baru yang terkait dengan perkembangan teori sosial dan
sekaligus sebagai suatu upaya dalam memahami dan menanggulangi masalah - masalah
sosial tersebut, serta mengarahkan bagaimana bentuk masyarakat yang diharapkan
di kemudian hari. Seperti perkembangan kehidupan politik (Revolusi Prancis sejak tahun 1789) menjadi cikal bakal
perkembangan teori sosiologi di Prancis. Demikian pula, pertumbuhan kapitalisme
di Inggris telah memacu munculnya pemikiran - pemikiran baru dibidang sosial.[1]
Teori
Klasik menurut para tokoh ternama :
1. Aguste Comte
Perjalanan
Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya tentang Ilmu Pemgetahuan Aguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama
kali memunculkan istilah “sosiologi”
untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial
atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk
memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu - ilmu
lainnya. Dalam hal itu, Aguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi. Aguste Comte pada dasarnya bukanlah orang
akademisi yang hidup di dalam kampus.
Perjalanannya
didalam menimba ilmu tersendat - sendat dan putus di tengah jalan. Berkat
perkenalannya dengan Saint - Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte
semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon.
Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup
sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Pemikirannya
yang dikenang orang secara luas adalah filsafat positivisme, serta memberikan
gambaran mengenai metode ilmiah yang menekankan pada pentingnya pengamatan,
eksperimen, perbandingan, dan analisis sejarah. Pemikiran Auguste Comte Tentang
Individu, Masyarakat, dan Perubahan Sosial Perkembangan masyarakat pada abad
ke-19 menurut Comte dapat mencapai tahapan yang positif (positive stage). Tahapan ini diwarnai oleh cara penggunaan
pengetahuan empiris untuk memahami dunia sosial sekaligus untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik. Sosiologi adalah menyelidiki hukum - hukum tindakan
dan reaksi terhadap bagian - bagian yang berbeda dalam sistem sosial, yang
selalu bergerak berubah secara bertahap. Hal ini merupakan hubungan yang saling
menguntungkan (mutual relations) diantara
unsur - unsur dalam suatu sistem sosial secara keseluruhan.[2]
2.
Emile
Durkheim
Sosiolog
besar ini dilahirkan di Epinal diprovinsi lorraine di perancis timur pada 15 April
1885, sejumlah empat buku yang telah ditulis durkheim untuk mengukuhkan dirinya
sebagai seorang sosiolog yang terkenal, bukunya yang pertama adalah yang
berjudul ”one the-division of social
labor” yang diterbitkan tahun 1893. Dua tahun kemudian pada tahun 1895
terbit buku keduanya “the rules of
socuological method” dan buku ketiganya “suicide”
terbit pada tahun 1897 sedangkan buku yang keempat atau karyanya yang terakhir “the elemententary forms of religious life”
terbit pada tahun 1912.
Durkheim
sangat termashur dengan kerangka teorinya tentang adanya “jiwa kelompok” yang mempengaruhi jiwa individu. Dia mengatakan
bahwa ada dua macam kesadaran yaitu kolektip dan individual conciousness. Durkheim
menyatakan ada dua sifat yang dimiliki oleh kesadaran kolektif yaitu sifatnya yang exterior dan sifatnya
yang konstarint didalam exterior kesadaran kolektif berada diluar individu
manusia dan yang yang masuk ke dalam individu tersebut dalam perwujuadan
sebagai aturan - aturan moral, agama, tentang baik dan buruk dan lain sebagainya.
Sedangkan
dalam sifat nya yang konstraint kesadaran kolektif tersebut memiiki daya
memaksa terhadap individu - individu manusia pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota masyarakat terhadap kesadaran - kesadaran
kolektif ini akan mengakibatkan adanya sangsi - sangsi
hukuman terhadap anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian kesadarn kolektif itu adalah suatu
konsensus masyarakat yang mengatur hubungan sosial diantara masyarakat yang bersangkutan. Kesadaran
kolektif ini merupakan bentuk tertinggi dari kehidupan psikis / kejiwaan
dan merupakan suatu ‘kesadaran dari kesadaran yang berada di luar dan di atas individu - individu
dan dengan kesadaran yang demikian itu maka masyarakat adalah merupakan suatu
yang lebih baik dari pada individu.[3]
3.
Karl Marx
Sebagai seorang filusuf, nama Marx mungkin
berdengung diseluruh dunia dengan kehebatan yang luar biasa. Bahkan lebih dari itu, Marx dikenal
pula sebagai seorang pemikir dalam banyak bidang ilmu. Mulai dari lapangan ekonomi sampai kepada
sosiologi. Filsuf yang
di lahirkan pada tanggal 5 mei 1818 di kota trier di tepi sungai rhine ini
sesungguh nya keturunan seorang borjuis, karya
Marx yang pertama kali yang dapat dicatat adalah di sertasinya sendiri di
Universitas jana, yang
berjudul On the differences between the natural philoshopy of democritus and epicurus (1841) dimana
sesungguhnya dia sudah mulai menyerang konsep - konsep
agama dan karya - karya Marx
tidaklah terbilang banyak nya. Mulai
dari “The Mesery of philophy, The Poverty of philosophy”, sampai kepada
Manifesto Komunis dan Das Kapital. Buku yang
di sebut terakhir ini justru merupakan buku yang paling termashur.
Sejarah kehidupan manusia kata
Marx, tidak lebih dari pertentangan
antar kelas, atau
antar golongan, mulai
dari golongan atau kelas yang berdiri dari orang-orang yang bebas merdeka dari
budak - budak, sampai
kepada pertentangan antara kelas penindas dengan yang ditindas. Disinilah keistimewan Marx sebenarnya, yang melihat adanya suatu pertikaian abadi yang
menandai sejarah perkembangan manusia.[4]
B.
Teori Sosiologi Modern
Teori sosiologi modren berbeda
dari teori sosiologi klasik. Teori
sosiologi klasik memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh - tokoh sosiologi sedangkan teori - teori
sosiologi modren memusatkan analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari
para ahli teori sosiologi secara
idividual kedalam aliran - aliran sosiologi menunjukkan bahwa sosiologi
mengalami perubahan. Pada awal
perkembangannya, sosiologi
itu di dominasi oleh para ahli termasyur secara individual, seperti Comte, Marx, Durkheim, Weber, ataupun Simmel. Tetapi
dewasa ini analisa sosiologi lebih terarah kepada aliran - aliran.
Perkembangan Teori Sosiologi :
1.
Awal perkembangan teori sosiologi
di Amerika
Pada tahun 1858 ada kuliah
tentang masalah - masalah sosial di Universitas
Oberlinis, istilah sosiologi
yang berasal dari Comte digunakan oleh George Fithugh tahun 1880-an
kemudian William Graham Sumner mengajar ilmu sosial di Unversitas Yale pada
tahun 1873.Pada tahun 1880-an, kuliah - kuliah
yang berjudul sosiologi mulai muncul. Departemen
sosiologi pertama didirikan di Universitas
Kansas tahun 1889. Tahun 1892 Albion Small pindah ke Universitas Chicago
dan mendirikan Departemen
sosiologi di Universitas tersebut. Departemen sosiologi dari Universitas Chicago
berkembang menjadi satu aliran tersendiri yang di kenal dengan nama “The Chicago School”. Dari departemen ini lahirlah journal of sociology
yang masih bertahan hingga saat ini. Dari Universitas ini pula lahirlah American Sociological
Society, yakni perkumpulan para ahli sosiologi se - Amerika yang tahun 1959 berubah nama American Sociological Association dan
masih bertahan hingga saat ini.
2.
Perkembangan teori sosiologi
hingga pertengahan abad 20
Perkembangan teori sosiologi pada
abad 20 tidak bisa dipisahkan dari perkembangan sosiologi di Universitas Harvard. Kehadiran teori sosioloigi pada Universitas Harvard
muncul bersamaan dengan masuknya Peter Sorokin ke Universitas
itu pada tahun1930. Sebelum Sorokin tiba belum ada Departemen sosiologi di Harvard. Tetapi
pada akhir tahun yang sama departemen sosiologi didirikan di Universitas itu dan dia sendiri dipilih sebagai
ketua jurusan. Inilah
jasa Sorokin yang terbesar sebab teori - teorinya
tentang perubahan sosial dan budaya sebagaimana tertulis dalam buku Social and Cultual Dynamics (1937 dan 1941).[5]
TEORI FUNSIONALISME STRUKTURAL
Fungsionalisme struktural adalah
salah satu paham perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat
sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian – bagian yang saling berhubungan
satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada hubungan
dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah satu bagian
akan menyebabkan ketidak – seimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan
perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas model
perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi (theodorson, 1969 :
67). Asumsi dasar teori ini ialah, bahwa semua elemen atau unsur kehidupan
masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara
keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Secara ekstrim teori ini
mengatakan,bahwa segala sesuatu didalam masyarakat ada fungsinya, termasuk hal
– hal seperti kemiskinan, peperangan, atau kematian. Tetapi, persoalannya ia
berfungsi untuk siapa ? kemiskinan, pasti berfungsi untuk orang kaya sebagai
yang diuraikan oleh Herbert Ganz (1972 : 275 – 289). Tetapi tentu tidak berfungsi
untuk orang yang miskin. Karena itu, sebagai ilmuan sosial kita harus selalu
dengan kritis bertanya entah sesuatu itu fungsional untuk siapa.
TEORI FUNGSIONALISME STRATIFIKASI
Salah satu karya yang cukup terkenal
dari fungsionalisme struktural ialah teorinya tentang stratifikasi sosial.
Teori ini dikemukakan oleh Kings Ley Dapis dan Wilbert Moure (1945). Dapis dan
Moure menganggap stratifikasi sosial sebagai suatu kenyataan yang universal dan
perlu untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka
berpendapat, bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi
sosial. Stratifikasi adalah suatu keharusan.
Disini ada 2 hal yang harus diperhatikan,
yakni : pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu – individu
yang tertentu keinginan unttuk menduduki posisi tertentu. Kedua, setelah orang
itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok, bagaimana masyarakt
membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi persyaratan –
persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas –
tugas sesuai posisinya itu.
Persoalan penempatan orang – orang
kedalam posisi yang tepat muncul epermukaan karena 3 alasan. Pertama, ada posisi – posisi tertentu yang lebih nyaman
dibandingkan dari posisi lainnya. Kedua, ada posisi – posisi tertentu yang
penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan
posisi lainnya. Ketiga, posisi – posisi didalam masyarakat menuntut sejumlah
bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi –
posisi tertentu menjadi persoalan.[6]
C.
Teori PostModern
Istilah postmodern memang tidak memiliki
definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori
tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara
sekilas, konsep postmodern dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat
dimaknai sebagai era “Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah
modernitas.
Ada beberapa istilah yang masih
berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme.
Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos
– jangka waktu, zaman, masa – sosial dan politik yang biasanya terlihat
mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern
meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori
baru yang menjelaskan dunia sosial.
Teori postmodern banyak memberikan
kritik atas realitas “manusia modern” yang terlalu dalam persepsi mereka.
Rosenau (Ritzer, 2003) mnjelaskan mengenai beberapa posisi dari teori
postmodern mengenai modernitas. Pertama, postmodern mengkritik masyarakt modern
yang dinilai gagal dalam memenuhi janji – janjinya. Postmodern mempertanyakan
bagaimana setiap orang dapat mempercayai bahwa modernitas telah membawa
kemajuan dan harapan masyarakat depan yang lebih cemerlang. Kedua, teori
postmodern cendrung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia
(world view), metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern
cenderung menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan,
intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan,
metafisika, tradisi, dan sebagainya. Keempat, teori postmodern menolak kecendrungan dunia modern
yang meletakkan batas – batas antara hal – hal tertentu seperti disipin
akademis, budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.[7]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
kekuatan
sosial yang melatarbelakangi munculnya teori - teori sosial dan sekaligus
menjadi fokus perhatian para ahli sosial, diantaranya adalah revolusi politik,
revolusi industri, perkembangan kapitalisme, perkembangan sosialisme,
feminisme, urbanisasi, perubahan agama, serta pertumbuhan ilmu pengetahuan.
Teori
sosiologi modren berbeda dari teori sosiologi klasik.teori sosiologi klasik
memusat kan analisanya pada pemikiran tokoh-tokoh sosiologis sedangkan teori-teori sosiologi
modren memusatkan analisanya pada analisanya pada aliran sosiologi pergeseran
dari para ahli teori sosiologi.
Istilah
postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul
seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai
kelompok postmodernisme.
B. Saran
Penulis
tidak terlepas dari kesalahan yang di sampaikan melalui makalah ini. Masih
banyak yang banyak yang harus penulis sampaikan dalam makalah ini, namun
keterbatasan wawasan penulis dan rujukan
penulis temui yang tidak dapat penulis sampaikan dalam makalah ini. Kami
berharap pembaca dapat mencari selain rujukan yang kami temui.
Untuk itu
penulis berharap pembaca memberi kritikan dan sarannya. Untuk itu atas
kekurangan makalah penulis berikan, penulis mohon maaf. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita bersama.
A.
A.
DAFTAR
PUSTAKA
Sabtu,27 maret 2010
,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Sabtu,27 maret 2010 http kliping
nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
Hotman M.siahaan, Pengantar Ke Arah Sejarah Teori Sosiologi,
Jakarta : Erlangga, 1986
Bernard Raho, Teori
Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007
Sunarto, Kamanto, Sosiologi
Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern
dan Poskolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012
[1] Sabtu,27 maret
2010 ,http//Klipingnurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[2] Sabtu,27 maret
2010 http kliping nurmala.blogspot.com/2010/03/teori-sosiologi-klasik.html
[3] Hotman
M.siahaan, pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 141 - 145.
[4] Hotman
M.Siahaan,pengantar ke arah sejarah teori sosiologi, hal : 178 - 181
[5] Teori
sosiologi modern, hal 1 - 2, dan hal 35 - 41.
[6] Teori
Sosiologi Modern, hal : 48 – 51.
[7] Sosiologi
Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Hal :
110 – 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar